Tak ada satu pun manusia yang berkuasa atas maut. Bahkan saat ingin mati karena kefasikan yang dialami tetap tidak akan mati kalau belum saatnya. Selagi masih dibawah matahari, hal-hal yang celaka dan sia-sia kapan saja bisa terjadi.
Ketika wajah kehidupan tak ramah juga penuh awan gelap disertai kilatan petir, basah di halaman air mata. Jangan menyerah kalah. Berjuang untuk memakamkan luka. Semoga tahun yang sedang dijalani menjadi tahun kemurahan dari Sang Maha Sempurna. Percaya dan lakukan saja bagian kita.
Memasuki awal baru di setiap musim, akan datang hari-hari yang panas dan dingin. Terkadang, tanpa tahu kenapa, kita akan merasa ada di entah. Penuh kebimbangan. Namun, kita masih punya Tuhan. Lewat doa, kita mengirimkan pesan, mohon kasih sayang Tuhan memberkati masa hidup dengan tahun kemurahan.
Kita adalah ciptaan yang harus menyimpan pengharapan dalam cara yang benar, agar kita tak jauh-jauh dari sisi keberterimaan. Dan melahirkan keyakinan, akan ada tahun kemurahan di perjalanan hidup. Tahun kemurahan, biarkan berjalan dan menjadi milik kita yang percaya dan yakin.
Mulai bulan ini hingga bulan-bulan ke depan, biarlah kita terjebak dalam merayakan hari keberterimaan. Untuk apa kita pada hidup, karena hidup bukan untuk dipersalahkan tapi hanya untuk dijalani dan disyukuri. Dan dari pada memperumit diri dengan segala rumus kehidupan, bukankah lebih baik mohon Tuhan beri tahun kemurahan pada kita. Hingga kita akan mampu memilih diam, saat percakapan membuat kita terasing.
Begitu saja, benar begitu saja.
***
Rantauprapat, 18 Januari 2021
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H