Bersuku indah. Tentang sebuah kabar yang menyapa dari Tanjung Bunga. Masih samar-samar dan belum pasti. Dan masih bertanya, mengapa kabar yang tak pernah diketahui ini malah menghampiri.
Agar waktu tak terlihat basah, jangan paksakan kebingungan menguasai. Aneh awalnya. Masih terlalu pagi untuk mengerdilkan hasrat. Lantas, untuk apa mulai memusuhi sesuatu yang asing. Jangan kelamaan dibekap resah.
Cabo de flores,
Satu kalimat yang terlintas. Menikmati cerita yang akan tertuang. Bagaimana cara memulai, butuh keberanian untuk menjalani. Dengan penuh asa dan harapan, biarlah ini menjadi air gula yang manis. Lagi-lagi ingin memeluk erat-erat, tentang yang dinamakan harap. Meninggalkan segala khawatir yang menggoda.
Akankah ini menjadi sebuah jawaban yang meneduhkan? Ah, entahlah. Sulit untuk menerjemahkan itu. Sudah pergi terlalu lama karena tidak tenang teduh, pernah ada harap yang kian layu kini seolah memiliki cahaya untuk kembali mekar.
Di lembar ingatan, biarlah ini menjadi ledakan manis. Dan, bum!
Selamat jika dari kedalaman hati, ada senyuman yang terasa. Tidak ada yang bodoh dan salah tentang ini.
Sebenarnya, semua ini tentang sebuah cara untuk menerjemah rasa bahagia. Memilih menjadi rumit atau menyenangkan, itu kembali bagaimana cara memulai dan menjalani.
Namun, jangan terburu-buru mengemas dan memeluk segala harap. Mungkin cerita yang tertuang itu hanya menjadi cerita yang bukan tidak layak diceritakan. Sebaiknya sedari awal, miliki kesadaran untuk setiap hal yang terjadi. Entah itu akan selaras dengan harapan atau bersimpangan dengan harapan.
***
Rantauprapat, 13 Januari 2021
Lusy Mariana Pasaribu