Saat semesta yang kau terima menyatakan bahwa kesendirian adalah bagian dari perjalanan hidupmu. Walau kesendirian adalah ketidakpastian yang sempurna, kau sering dilahap air mata. Bersimpuh membeku dalam harapan yang kosong. Terlalu takut terhadap kesendirian.
Celakalah kau.
Jika di kesendirianmu, kau selalu meratapi keadaan diri. Terbelenggu oleh rasa ketakutan. Â
Sering tiada lagi kejujuran pada sengkarut waktumu yang mendidih, kandungan isi hatimu menjelma pada keangkuhan yang menjulang. Sebab keadaanmu seperti pengumpulan buah-buahan musim kemarau.
Kau mengincar dan menangkap nada-nada dengan jaringmu yang sepatutnya nada itu tidak kau tangkap. Kau rela memulai kegemparan untuk duniamu, seperti tumbuhan duri yang paling rahasia. Tak menjaga pintu hatimu, di kesendirianmu kau mengandalkan kebahagiaan yang penuh dusta.
Anehnya, sekalipun kau tahu dirimu telah jatuh dan layu oleh angin timur. Bahkan menjadikan dirimu sendiri saksi dari ratapan yang sulit dipulihkan, kau merasakan sukacita akan hal itu. Kau itu perempuan yang telah diinjak-injak kesendirian seperti lumpur di jalan. Menjadikanmu mengalami kemerosotan akhlak.
Bagimu perempuan yang sendirian, sudahilah semua itu, kesendirian tidak harus ditangisi. Jangan biarkan dirimu cekatan berbuat jahat. Mau berapa lama lagi, kau duduk dalam gelap dan memikul kemarahan. Membuat telingamu menjadi tuli dari suara yang  benar. Melemparkan pandangan matamu pada kisah malam yang kaku ke dalam tubir-tubir laut. Mau sampai kapan, kau berjalan dalam puting beliung dan badai.
Kau tak harus malu dan menutupi dirimu karena kesendirian. Kiranya, kau kembali menyayangi dirimu sendiri. Dan akan datang suatu hari untuk itu. Berharap, kau tak lagi terjerat pada cerita yang malang. Padamu perempuan yang sendirian, biarlah kau membuka pintu mulutmu terhadap hal-hal pun perkara yang bisa menjerat hatimu pada waktu kebodohan yang ingin berbaring dipangkuanmu! Sehingga kau tidak lagi merana dan layu sebab kesendirian yang kau alami.
Biarkan hatimu berdansa dengan keikhlasan dan penerimaan akan realita hidup.
***
Rantauprapat, 17 November 2020
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H