Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dosa Itu Merayu Lagi

13 November 2020   01:00 Diperbarui: 13 November 2020   01:02 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah dilacurkan berahi yang bergairah. Mencicipi bahkan mencumbunya dengan dahsyat. Membiarkan diri basah oleh hujan, hingga layu oleh angin timur. Ternoda sebab tak menerima kenyataan hidup. Menjadi jalang pada malam yang malang. Menenggelamkan diri dalam pusaran hasrat. Rapat terkunci bersama dusta.

Hingga pada hari itu di bulan November pada hari Kamis pertama, kesadaran membuka nalarmu. Cahaya terbit dari suara yang menjatuhkan gemanya untukmu, dan kamu menerima cahaya itu. Pada hari itu, kamu tidak lagi ingin mencelakakan dirimu sendiri terhadap kebinasaan. Kamu tidak membiarkan lagi disergap kesakitan seperti perempuan yang melahirkan.

Kamu tidak mau tertuduh lagi, kini mau kembali kepada pilihan yang seharusnya kamu pilih sejak lama. Kamu pun sudah dilepaskan dari pemandangan yang menarik mata,  karena kamu memilih itu. Kamu pun mengiring nada yang indah ke dalam cermin hidupmu.

Dan waktu terus berjalan, hasrat yang salah terus mengoda dan menebar wanginya. Dosa itu merayu lagi untuk dicicipi. Menyapa, meraih dan mengajak kamu untuk merenda dunia tanpa ragu. Dosa itu siap untuk kamu ramu, bagaimana pun dosa itu menawan hati.

Namun akhirnya, kamu sudah mampu meraih sesuatu yang benar. Tak lagi mau menjadi pelaku sebuah kedzoliman. Untuk apa dengan sengaja menciptakan ruang yang akan diisi airmata ratapan. Dan selagi masih ada kesempatan, kamu berusaha untuk melanjutkan hidupmu dengan memiliki rasa yang selayaknya. Agar harimu tidak menjadi hitam suram dan tidak menjadi hari tanpa penglihatan.

Ah, kamu sungguh tak ingin lagi mengupas kulit dari tubuhmu, saat dosa itu merayu lagi. Matamu tak akan lagi redup, dengan membiarkan dosa membeli waktumu. Dan kamu berharap mampu hadapi realita hidup untuk tidak lagi bergelayut manja pada hasrat yang keliru. Kamu tahu, semua adalah tentang kesempatan. Ingin dijalani dengan selayaknya atau ingin dihancurkanluluhkan.

Satu hal yang pasti, saat kematian itu tiba, kamu tidak ingin merasakan ratapan yang tidak bisa terpulihkan.

***
Rantauprapat, 13 November 2020
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun