Ada nama yang tak pernah layu dari hatiku, terpatri dengan begitu indah. Doa dari si pemilik nama yang terpatri di hatiku selalu memeluk erat-erat jiwaku. Ada bahagia yang berasal dari nama itu.
Terkadang, aku sering keliru. Sering aku menjauh dan tak memahami pemilik nama itu. Di dalam semestaku, aku sering mencengkram pemilik nama itu dengan rasa bersalah. Karena kehampaan, aku sering membiarkan diriku mengabaikan nurani terhadap pribadi yang memiliki nama itu.
Sikapku yang sering keliru, tidak membuat pemilik nama yang terpatri dalam hatiku mengabaikanku. Aku ingat bagaimana cara pemilik nama itu memberiku kesadaran saat diriku terperangkap dalam halaman buku keraguan yang berarus ke arah ketakutan.
Aku benar-benar merasa diterima bersama nama itu di hidupku, dan pemilik nama itu adalah ayah dan ibuku. Ayah dan ibu yang berusaha menawarkan diri untuk menggenggam erat tanganku. Ayah dan ibu yang selalu menjadi pahlawan di sepanjang perjalanan hidupku.
Dan sudah seharusnya, aku selalu jatuh cinta dan mencintai pemilik nama itu. Karena mencintai pemilik nama itu adalah kewajiban bagiku. Pemilik nama itu adalah ciptaan Tuhan yang pertama kali ada di dalam semestaku.
***
Rantauprapat, 10 November 2020
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H