Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Obat Terbaik adalah Waktu

3 November 2020   00:00 Diperbarui: 3 November 2020   00:05 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dulu tetaplah dulu. Pernah sama-sama saling menginginkan. Tertuju pada perbincangan yang diharapkan. Perbincangan mengenai kita dan cinta.

Cinta adalah satu kata yang indah, namun untuk menggapai cinta itu butuh perjuangan yang besar. Dan kita adalah kekalahan tentang itu. Dahan ranting romansa pohon cinta kita terlalu rapuh. Ada cacat dalam keyakinan kita, terlalu sering terjebak keangkuhan diri. Menjadi pemberontak dan pembangkang untuk hati kita sendiri.

Kita melenakan diri pada keegoisan. Menyeret diri kita pada perpisahan, dan itu pun dengan paksa. Terkuras pada waktu kebodohan. Kita keliru, benar-benar keliru. Menyia-nyiakan cinta yang sudah terjalin hanya untuk cinta yang masih menjadi ketidakpastian yang sempurna. Kita terhempas karena memberi ruang pada cinta yang lain. Terlalu ragu untuk berbalik arah. Terdampar dalam susunan konsonan ketidakpercayaan. Padahal sesungguhnya, kita masih memiliki gelora gairah yang senada untuk romansa pohon cinta kita.

Kini, hanya waktu yang akan menjadi obat terbaik. Melupa dan mengikhlaskan, kita yang kemarin hanya bisa menjadi kenangan. Sungguh, tak ada yang perlu disesalkan. Karena perpisahan adalah pilihan kita.

Ya, obat terbaik adalah waktu. Waktu yang harus dilalui bersama kesadaran hati. Hingga penerimaan tidak lagi menjadi keterasingan yang teramat jauh. Dan, dulu tetaplah dulu. Seperti kita yang dulu, yang tak akan bisa menjadi nyata. Hati dan logika kita tidak bisa bermusyawarah dengan baik.

***
Rantauprapat, 01 November 2020
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun