Ketika dia bertanya, kamu tahu apa yang paling indah dari semua tulisanmu?
Ya, karena aku bingung. Aku tidak menjawab. Aku malah bertanya balik saat itu. Aku bilang apa? Aku bingung.
Dia pun menjawab pertanyaannya sendiri, dia bilang jawabannya adalah kata pertama dari pertanyaannya.
Seketika aku tertawa lepas, dia menggamit malamku dan buatku menikmati waktu bersama senyuman.
Melalui pertanyaan yang dia tanyakan, buatku bertemu huruf-huruf manis. Huruf yang berisi seperangkat kebahagiaan. Anehnya, antara aku dan dia, tak ada kepemilikan. Tak ada cinta yang bisa ditemukan, namun melalui dia seorang pria yang berasal dari kota Semarang, ada kesepian yang terhapus dari linimasa malamku.
Ada bau Melati di malam hari yang terasa. Dia, seseorang yang bukan siapa-siapaku mengenai asmara telah menjadi bagian dari perjalanan malamku. Dia dan namanya sudah memberikan setitik rasa bahagia. Kemungkinan besar, darinya aku tak akan terima luka. Karena dia bukan siapa-siapaku, tapi aku sudah terima rasa bahagia.
Kini, dia sudah ada di senyumku. Itu sudah menjadi bagian sejarah hidupku bukan. Kuharap, akan ada senyuman berikutnya yang berasal darinya.
Itu hanya harapanku.
***
Rantauprapat, 28 Oktober 2020
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H