Sore ini pada minggu ketiga dan sabtu keempat, aku terperangkap bersama suara seseorang. Dan ini menjadi malam yang tak cerah untukku. Kini aku tak lagi ceria, aku berada di tahap keheningan.
Suara dan kalimat dari seseorang itu, buatku terhanyut pada kesedihan yang berarus deras. Andai seseorang itu bukan siapa-siapa, aku tak akan ambil perduli.
Ah, sudahlah. Aku akan tetap berada di tahap keheningan beberapa waktu ini. Mungkin esok atau lusa, aku sudah lebih baik. Dan mampu memasuki gedung berpintu senyuman. Pastilah akan banyak kepura-puraan, kuharap itu tidak akan lama.
Karena seseorang itu adalah dia yang buatku bergairah dan buatku gelisah. Saat dia buatku menghirup udara yang pengap dan alami debu-debu kekhawatiran, tentangnya masih ada ingatan baik yang tertinggal. Dan ingatan baik itu masih memiliki arti untukku.
Rasanya masih ada cinta untuknya, dan kemungkinan besar rasa itu tidak akan kadaluwarsa. Seberapapun besar ruang hatiku yang mengalami tahap keheningan karena seseorang itu, dia akan tetap aku kasihi.
Apakah setelah hari ini, seseorang itu tidak akan membuatku berada di tahap keheningan lagi? Entahlah. Aku pasti menggelengkan kepala, sebab aku tak bisa memastikannya.
***
Rantauprapat, 24 Oktober 2020
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H