Belakangan ini, kita tidak saling bertukar cerita. Diam dan saling acuh tak acuh.
Pagi ini, aku memberanikan diri untuk melakukan percakapan denganmu. Menghubungimu lebih dulu.
Aku seorang perempuan, yang kutahu aku ini kekasihmu. Aku rindu, tapi sepertinya kamu melupakan aku. Hingga malam ini, aku menahan diri untuk mengerti batasan. Tidak menuntun dan menyudutkan kamu.
Aku bersitegang dengan nalar dan perasaanku. Rindu yang kurasa padamu, menjadi badai dan rumah paling sakit sepanjang hari ini. Kamu pria yang telah mengabaikanku, menjadi pria penganut sepi. Rinduku tidak bersambut di hatimu.
Entah kenapa, kamu tidak melemparkan respon atas perlakuan dan ucapanku. Kamu membiarkan diriku gelisah dengan sikap diammu.
Di mana wujud kasih sayang dari rasa sayang yang pernah kamu ucapkan?. Bolehkah kamu kembali menjadi pria yang menerima keberdaanku dengan seutuhnya.
Aku seorang perempuan yang tidak ingin disandera kesepian apa lagi keraguan, bahkan menyimpan banyak tanya di kepalaku atas sikapmu yang abai.
***
Rantauprapat, 26 September 2020
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H