Perempuan itu saat ini sedang terjebak dalam fase kesendirian. Dan di bulan September ini perempuan itu berkenalan dengan seorang pria. Pria timur yang kegilaan membaca buku.
Perempuan dan pria itu sama-sama kategori orang dewasa. Saat ada kesempatan dan waktu, mereka akan berbagi cerita. Bertanya satu sama lain tentang kehidupan yang mereka lalui.
Di antara obrolan mereka, pria itu pernah membuat perempuan itu terbawa suasana. Pria itu memanggil perempuan itu dengan kata sayang. Beberapa saat perempuan itu membiarkan perasaannya liar akan kata itu, namun dirinya sadar untuk tidak membuat kesalahan besar, dengan merawat rasa liar itu tumbuh di hati.
Dan saat mereka tidak bisa berbagi cerita, perempuan itu harus sadar bahwa mereka bukan siapa-siapa. Dan tidak ada perkara kepemilikan di antara mereka. Perempuan itu pun tidak ingin memperdebatkan tentang kebaperan dan akal sehatnya. Karena akal sehatnyalah yang harus dipertahankan.
Perempuan itu tidak ingin terluka pada apa yang pria itu lakukan, pria yang mencoba ngebaperin dirinya. Sore saat itu, saat pria itu datang dan dipersilakan masuk di perkarangan hatinya yang sepi, itu adalah saat-saat yang akan menjadi kenangan untuk perempuan itu. Dan akan dijadikan aksara puisi, karena perempuan itu adalah perempuan yang menyukai puisi. Setidaknya bercengkerama dengan pria yang kegilaan membaca buku itu, tidak membuat September perempuan itu selalu menghitam.
***
Rantauprapat, 24 September 2020
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H