Ini sebuah risalah tentang seorang perempuan yang dicekam ketakutan, juga merupakan perempuan yang menyukai puisi. Terkadang ia kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri. Tidak bisa membaca dan mengenali penerimaan untuk semestanya sendiri.
Bahkan untuk menyatakan perasaannya, ia tidak tahu bagaimana memilih kata-kata yang tepat agar ia tidak membuat gejolak di relasi yang dirinya punya. Hingga dirinya sendiri bisa disandera kesunyian.
Perempuan yang dicekam ketakutan itu, mencoba ikhlas atas realita hidup yang ia terima. Risalah seorang perempuan, perempuan yang seringkali dicekam ketakutan akan kesendirian.
Bukankah, kesendirian tak selalu menciptakan luka. Kesendirian pun bukan babak akhir dari perpustakaan hidup yang dijalani.
Aku mau bilang pada perempuan itu, cobalah ikhlas dengan seutuh dan sepenuhnya menjadi kekasih dari penerimaan. Tutup layar dari perasaan yang tidak seharusnya kau miliki.
Membatulah, pada suara-suara yang mengusik rasamu. Jangan mendengar dan menyimpan sesuatu di muatan hatimu, jika itu hanya akan melukai hatimu.
Bukankah hidup terlalu berharga jika hanya disia-siakan untuk meratapi hidup dan mempersalahkan keadaan.
***
Rantauprapat, 23 September 2020
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H