Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Manusia, Nelayan, dan Alam

20 September 2020   00:00 Diperbarui: 20 September 2020   00:53 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Foto Pribadi Fauji Yamin

Di dalam sejarah kehidupan, ini sesungguhnya satu kesatuan yang seharusnya mengajarkan tentang keseimbangan.

Tentang manusia, nelayan dan alam. Yang membuat hidup lebih hidup atau tidak. Karena yang sering terjadi adalah manusia membiarkan alam dirusak untuk keegoisan diri, yang dengan sadar bahwa hal itu sudah merusak kehidupan dari manusia itu sendiri, misalnya kehidupan nelayan.

Nelayan yang sudah menitipkan semangat pada tubuhnya yang mulai renta. Menebarkan jala di laut lepas, bersama asa, berharap cuaca bersahabat. Agar mendapat ikan-ikan yang akan dijadikan nafkah untuk keluarga.

Bahkan alam semesta sudah memberikan ruang untuk perjuangan hidup manusia. Namun, manusia yang tidak memiliki moral sudah mencemari kehidupan itu sendiri. Merambah kawasan yang tidak seharusnya. Laut yang menjadi tempat nelayan mendapat sinar kehidupan mulai tergerus kehancuran dan kehilangan harapan, menjerit kesakitan. Menangis tanpa kekuatan.

Nelayan yang juga manusia biasa terkadang membakar amarah pada manusia liar yang tidak mengerti batasan dengan mengumpat dan mengucap sumpah serapah.

Manusia, nelayan, dan alam semestinya tidak pernah kehilangan kesatuan. Sebab telah saling dikawinkan untuk kebutuhan hidup. Nelayan adalah manusia yang membutuhkan alam sebagi rumah untuk berjuang dalam mengapai rezeki.

Nelayan yang manusia biasa berharap agar manusia yang memiliki kekuatan dan kekuasaan lebih,  hatinya tidak lagi berkarat dan melekat pada hasrat yang tidak mempedulikan perasaan. Hingga bisa menghancurkan keseimbangan hidup.

Dan akhirnya akan berada di ambang keterasingan hidup, manusia bukan lagi menjadi manusia yang seutuhnya.

Jadi apakah. Manusia, nelayan, dan alam, akan terus bisa bersinergi dalam satu kesatuan? Aku sendiri tak tahu. Dan lagi-lagi, aku hanya berharap. Manusia, nelayan dan alam dihidupkan seindah ujaran cinta dari warnanya para pujangga.

***
Rantauprapat, 19 September 2020
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun