Tentang masa lalu, masa kini dan masa depan. Tentang kemarin, hari ini atau lusa. Tentang kepatahan dan keutuhan. Terhadap semua itu, bisa dijadikan bagian dalam bait puisi.
Puisi mampu menghidupkan dan memunahkan rasa yang ingin ditulis. Puisi juga mampu memadamkan pagi dan menyalahkan malam.
Aku dan kamu suka menenggelamkan diri dalam kata, karena kita menemukan adanya kemerdekaan melalui puisi.
Dengan dan tanpa airmata, kita bisa berbagi dengan puisi. Ketika kita kehabisan energi dan tawa menghadapi realita, kita akan memusarakan segala rasa yang bergemuruh di jiwa ke dalam puisi.
Ah, seksinya puisi!
Puisi adalah candaan yang serius dan tajam. Kadang kala, puisi bisa lebih berbahaya dari pada kata yang terdengar.
Puisi itu memang seksi. Memiliki ketajaman dari apa yang tertulis. Puisi itu bisa tentang aku, bisa juga tentang kamu.
Benar, bahwa puisi yang seksi itu aku dan kamu.
Puisi adalah musim semi, musim hujan dan musim kemarau yang sudah atau akan kita rasakan!
***
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H