Perempuan itu adalah puisi, yang membiarkan bait-baitnya dikritik. Pada tumpukan rasa yang terjadi dalam hidupnya, perempuan itu menjatuhkan diri pada kumpulan-kumpulan aksaranya.
Ia mencurahkan hatinya pada puisi yang telah ditanamnya. Saat realita perempuan itu memberi rasa kecewa, ia akan berlari pada puisi. Karena puisi telah lama membuatnya jatuh dalam cinta.
Dalam hidupnya yang penuh haru biru, dan tangisan ada di dalam hatinya. Terkadang, perempuan itu tak tahu harus berbicara pada siapa tentang yang ia rasakan. Ia pun memutuskan untuk berbicara dengan puisi dan mencumbui waktunya dengan berpuisi.
Puisi memiliki romantika asmara baginya, sebab rangkaian kata dalam puisinya mampu menyingkirkan deretan duri yang menusuk hatinya. Perempuan itu sangat mahir menyembunyikan rasa melalui puisi, Â agar ia terlihat baik adanya.
Puisi adalah salah satu kenangan dan sejarah terindah di hidupnya.
***
Rantauprapat, 10 Agustus 2020
Lusy Mariana Pasaribu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI