Ah, betapa kepedihan ini sungguh menggangguku. Aku ingin lari dan menjauh dari rumah itu, ya rumah di daerah hatimu. Aku menyaksikan bahwa pondasi cinta yang seharusnya tersemat dalam sebuah komitmen cinta telah memudar dan tidak lagi mempersembahkan warna cinta dengan seharusnya
Sekarang ini, rumah itu sering menjadi suasana dukacita untuk hatiku. Aku sering membiarkan detik demi detik waktu yang berdetak dan yang kulalui, menjadi waktu yang penuh kesia-siaan. Kini, gairah dan hasratku mencintai dari setiap suasana yang terjadi, perlahan menjadi layu. Betapa banyak senyumku yang telah menghilang
Dahulu, aku sering menuliskan puisi tentang keindahan perihal rumah itu. Dan sekarang ini, aku lebih sering menuliskan puisi tentang patah hati pun juga kesedihan. Dan jika aku tak berada di rumah itu lagi, mungkin aku akan memiliki keberuntungan, karena bingkai dan pintu perasaanku akan beristirahat dari luka dan kerapuhan yang berada di samudra hatiku
Sayangnya, aku tak akan bisa menempuh perjalanan itu. Perjalanan untuk pergi dari rumah itu. Karena bagiku, komitmen cinta itu penting untuk dipertahankan. Sehingga, aku akan terus berusaha untuk mengepakkan sayap cinta yang telah kupilih untuk bertahan di hatiku. Karena itu adalah perjuangan cintaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H