Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi sebagai Terapis Diri

8 Oktober 2020   07:07 Diperbarui: 8 Oktober 2020   07:08 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kesedihan dan keputusasaan karena merindukan seseorang yang telah lepas dari hatiku. Aku rapuh. Kebersamaan tlah berakhir, rindu ini menyesakkan dan tidak lagi bisa ditahan, parahnya tak akan pernah bisa lagi terdengar olehnya.

Aku goyah, tak mampu lagi berpijak dengan kokoh. Aku perempuan yang kehilangan. Kehilangan sandaran dan buatku menderita. Untuk mendapatkan ketenangan, aku memilih menulis puisi. Aku bisa menangis sepuas-puasnya di dalam kata-kata puisiku.

Puisi sebagai terapis diri untukku, aku bisa mengenang kenangannya melalui puisiku. Semenjak kepergiaan seseorang yang mengisi warna di samudra hatiku, aku hanya ingin mengingatnya. Biarkanlah aku menulis perasaanku yang nyata di dalam puisiku.

Pada hamparan kata-kata yang keluar dari perbendaharaan hatiku, aroma tentangnya akan melekat dengan indah. Mata dan jemariku tak akan jemu untuk melihat dan menulis hal-hal mengenai dirinya, dan menerjemahkan tentangnya ke dalam tulisan-tulisan puisiku.

***
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun