Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bawah Langit yang Sama

2 September 2020   07:07 Diperbarui: 2 September 2020   07:10 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desember 2012, kita bercerita dan menjelaskan tentang perasaan yang ada di antara kita. Di bawah langit yang sama, kita memutuskan menjadi sepasang kekasih. Karena kita memahami kalau kita saling jatuh hati. Dan kau menjadi kekasih pertama dalam hidupku

Musim terus berganti, berdua kita nikmati perjalanan cinta. 3 tahun kita saling berbagi kisah dan cerita. Berjanji untuk merajut masa depan berdua

Tak pernah kuduga. Maret 2015, akhirnya kita terhenti dan berpisah. Aku berpapasan dengan gulungan keraguan. Entah mengapa, aku tak menyakinimu untuk kujadikan teman hidup.

Aku menjatuhkan hujan air mata dan badai dalam hatimu, dan kau memilih untuk pergi dariku selamanya. Dan kita berpisah karena keinginanku.

Detak-detak waktu tak pernah membisu. Ia mengabarkanku tentang sesuatu. Dan aku tahu, kau sudah bersama yang lain. Mengayunkan langkah untuk memulai episode kehidupanku yang baru.

Rupanya, kabar itu memberi dentuman di hatiku. Menaburkan perih dan air mata untuk diriku. Keraguan membenturkanku dalam penyesalan, aku tersesat pada jejak-jejak kepatahan.

Dan aku hanya bisa merelakan

Aku pun kembali memulai perjalananku tanpa hadirmu. Bergandengan tangan dengan keikhlasan.

Tidak ada alasan bagiku untuk terus patah hati

Di kedalaman hati, aku memutuskan untuk membuang kesedihan
Aku ingin menikmati alur kehidupanku

Di antara lalu lalang perjalanan hidupku. Terkadang, ada saja hal yang mengingatkanku tentang kekasih pertamaku. Seseorang yang pernah mengisi hari-hariku. Mengajak pun menyeretku pada halaman dari bab-bab masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun