Judul artikel ini saya ambil dari isi puisinya bu Ari Budiyanti, Â yang berjudul "Pagiku dalam Karya ke 900". Yang sudah ditayangkan di platform blog Kompasiana pada tanggal 10 Juni 2020 pukul 23:55 WIB. Bu Ari menuliskan kata-kata seperti ini " Tak ada guna menulis semata, jika tak terbaca oleh siapa pun" Bisa ditemukan pada baris 3 dan 4 pada bait ke 6.
Nah
Benarkah tulisan yang tak terbaca oleh siapa pun, memang tak berguna?
Bukankah setiap tulisan, entah itu puisi, cerpen dan sebagainya memiliki daya tarik tersendiri (berguna) minimal untuk penulisnya sendiri. Dalam hal ini, ketika tulisan yang dibuat tidak terbaca oleh orang lain. Penulisnya bisa membacanya dan akan berguna bagi dirinya sendiri.
Tulisan itu pastilah berguna, karena apa yang ditulis sudah melibatkan rasa dan pemikiran. Berharap setiap tulisan yang lahir dari dianggap berguna dan menjadi berkah bagi si penulis itu sendiri. Baik ada yang baca atau tidak, baik keterbacaannya ada atau tidak.
Bukannya munafik, pastilah saya merasa senang jika tulisan (dominan artikel fiksi "puisi") yang saya buat dan sudah ditayangkan di blog pribadi, Â platform blog Kompasiana, media sosial lainnya, ada yang baca, ada yang beri rate dan ada yang beri komentar. Bukan berarti ketika tulisan saya tidak ada yang baca, itu adalah TULISAN yang TAK BERGUNA.
Kalau penulisnya saja menggangap tulisannya tak berguna saat tulisannya tak terbaca oleh orang lain, begitu burukkah, atau hanya ada sisi negatif pada tulisannya hingga TAK BERGUNA.
Karena menulis bukan hanya demi keterbacaan kan?
Tapi, kembali pada opini pribadi masing-masing penulis. Kebahagiaan menulis dari tulisan yang tercipta memiliki pengertian sendiri juga
***
Lusy Mariana Pasaribu
[11.06.2020, 12:48 WIB]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H