Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berdamai dengan Keadaan dan Tidak Lagi Berprasangka Buruk

7 Juni 2020   07:17 Diperbarui: 7 Juni 2020   07:35 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa malam yang lalu, tepat pada tanggal 3 Juni 2020 saya melihat postingan salah satu warga Kompasiana yang mengeluarkan kegelisahan hatinya di dalam artikel yang ditayangkan di platform blog K. Kers tersebut merasa mengalami ketidakadilan, karena menerima email atas tuduhan melakukan kecurangan perihal viewers dan Nilai tertinggi di K.

Saya tidak tahu seperti apa yang sebenarnya terjadi. Hanya berharap kers tersebut mendapatkan pencerahan dari pihak K. Kalaupun tidak, kers tersebut harus berdamai dengan keadaan. Agar hal itu tidak merusak suasana hatinya perihal tulis-menulis.

Seperti yang saya lakukan, berdamai dengan keadaan dan tidak membiarkan diri terus berprasangka buruk. Sebab jika saya terus berprasangka buruk, yang ada saya selalu memiliki pikiran negatif dan merasa tak nyaman untuk mengurai tulisan yang ada di dalam benak saya.

Sebagai rujukan, saya menuliskan arti prasangka menurut KBBI. Prasangka adalah "pendapat kurang baik mengenai sesuatu, sebelum mengetahui sendiri".

Sulit memang untuk berdamai dengan keadaan dan tidak berprasangka buruk di saat kita merasa mengalami ketidakadilan, tapi bukannya tak bisa dilakukan untuk berdamai dan menerima keadaan.

Sejauh ini, saya pribadi mengalami hal serupa "ketidakadilan" sebanyak 2 kali d K.

Kenapa saya katakan begitu?

Yang pertama:
Tanggal 16 Mei 2019, saya menayangkan artikel puisi. Saya tidak akan menuliskan judul puisinya di sini. 

Awalnya saya biasa saja, tapi selang beberapa waktu, puisi yang saya posting tadi jadi Artikel Utama. Saya merasa bahagia, karena sebelumnya puisi saya belum pernah dilabeli AU oleh pihak K. Dan buru-buru saya kirim link puisi saya tadi k WAG literasi yang saya ada di dalam grup itu dan menuliskan bahwa puisi ini artikel utamaku di K.

Tapi rasa senang itu hancur berkeping-keping, pihak K membatakan label AU tadi dan parahnya jadi artikel pilihan pun tidak. Saya merasa malu terhadap teman WAG, karena artikel utama yang batal dan mau tidak mau menahan rasa malu itu.

Memang pihak K berhak atas keputusan itu, mereka yang lebih tahu mana artikel yang layak menjadi artikel pilihan dan artikel utama. Tapi kekeliruan mereka bisa menyebabkan warga Kompasiana merasa kecewa dan berprasangka buruk terhadap pihak K.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun