Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar jam mereka memiliki data internet (kuota) yang mencukupi, sedangkan orangtua mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah kebawah memiliki hambatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hingga akhirnya hal tersebut dibebankan kepada orangtua siswa/i yang menginginkan anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring. Sehingga proses pembelajaran berbasis e-learning tidak tersampaikan dengan sempurna. Seperti yang dialami oleh sebagian orang tua SMAN 7 Kota Depok , kurangnya fasilitas membuat mahasiswa tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan sebagaimana mestinya. Oleh karenanya, pemaduan penggunaan sumber belajar tradisional (offline) dan online adalah suatu keputusan demokratis untuk menjembatani derasnya arus penyebaan sumber belajar elektronik (e-learning) dan kesulitan melepaskan diri dari pemanfaatan sumbersumber belajar yang digunakan dalam ruang kelas. Artinya e-learning bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan belum mampu menggantikan pelaksanaan pembelajaran tatap muka karena metode interaksi tatap muka konvensional masih jauh lebihefektif dibandingkan pembelajaran online atau e-learning. Selain itu, keterbatasan dalam aksesibilitas Internet, perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), serta pembiayaan sering menjadi hambatan dalam memaksimalkan sumber-sumber belajar online (Yaumi, 2018).
Alternatif lain sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA) ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda namun kelemahan disini adalah selalu ada saja siswa yang sulit dihubungi atau ganti nomor Handphone.
Tindakan yang Tepat dalam Menanggulangi Permasalahan yang Terjadi Pada Sistem Pembelajaran Daring
Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring amat mendadak, tanpa persiapan yang matang. Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19. Beberapa guru di sekolah mengaku, jika pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan pembelajaran konvensional (tatap muka langsung), karena beberapa materi harus dijelaskan secara langsung dan lebih lengkap. Selain itu materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa dipahami semua siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar secara daring, sistem ini hanya efektif untuk memberi penugasan, dan kemungkinan hasil pengerjaan tugas-tugas ini diberikan ketika siswa akan masuk, sehingga kemungkinan akan menumpuk. (Harnani, 2020)
Kualitas pendidikan menggambarkan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pembelajaran.
Dian Hidayati menjelaskan bahwa kualitas tentu berbeda, karena pemerintah sudah memberikan batasan kompetisi dasar dari 40% hingga 60%, semisal yang awalnya harus dua kali pertemuan dalam seminggu dengan empat pelajaran, sekarang hanya di anjurkan satu kali dalam seminggu. Pembelajaran secara daring seperti ini dan bekerja dari rumah bagi para tenaga pendidik merupakan perubahan yang harus dilakukan oleh guru untuk tetap mengajar siswanya. Pendidikan dengan jarak jauh memiliki tujuan agar mutu pendidikan meningkatkan dan relevansi pendidikan serta meningkatkan pemerataan akses dan perluasan pendidikan. Pendidikan jarak jauh yang diselenggarakan dengan penjaminan kualitas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan merupakan salah satu mekanisme perluasan akses pendidikan tinggi
Perubahan proses belajar dari tatap muka menjadi daring merupakan suatu keputusan yang harus dilakukan oleh sekolah agar tujuan pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien. Sekolah merupakan sebuah organisasi modern yang harus beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Sekolah di tengah pandemi COVID-19 harus tetap menjalankan proses belajar mengajar.
Di dunia Internasional, kualitas pendidikan di Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 120 negara diseluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012. Sedangkan berdasarkan Indeks Perkembangan Pendidikan untuk Semua Indonesia berada pada peringkat ke-57 dari 115 negara pada tahun 2015. Dalam laporan terbaru program pembangunan PBB tahun 2015, Indonesia menempati posisi 110 dari 187 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan angka 0,684. Dengan angka itu Indonesia masih tertinggal dari dua negara tetangga ASEAN yaitu Malaysia peringkat 62 dan Singapura peringkat 11. Berdasarkan hal ini, tujuan pendidikan pun akan menjadi tumpuan upaya pemerintah untuk mendorong pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan berkelanjutan dalam era Sustainable Development Goals (SDGs) hingga 2030 berdasarkan arahan dari Forum PBB yang telah disepakati pada tanggal 2 Agustus 2015. Peningkatan pendidikan bagi masyarakat Indonesia akan memacu pencapaian terhadap tujuan dan sasaran lainnya dalam 17 poin SDGs, terutama untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia Indonesia. (PPN, 2021)
Sebagai salah satu negara yang menerapkan SDGs, Indonesia berkomitmen untuk menyukseskan SDGs melalui beberapa langkah-langkah strategis. Keterlibatan negara dalam pembangunan bidang pendidikan menunjukkan implementasi pendekatan statist yang sudah dipaparkan sebelumnya. Keterlibatan pemerintah diawali dengan menempatkan SDGs sebagai arah tujuan pembangunan nasional.
Dari ketujuh belas poin SDGs, salah satu yang menjadi concern adalah poin 4, yaitu pembangunan yang bertujuan untuk memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang (https://sdg.komnasham.go.id/, 2017).
Pendidikan menjadi aspek yang patut untuk diprioritaskan karena kualitas sebuah bangsa dapat terlihat dari seberapa baik kualitas pendidikan dari bangsa itu sendiri. Kualitas pendidikan yang baik akan menciptakan masyarakat yang terpelajar dan terdidik. Hal ini akan berpengaruh pula pada keberlangsungan pembangunan di suatu negara.
Dalam upaya meningkatkan tingkat partisipasi pendidikan penduduknya, salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah kota Depok adalah dengan membangun sarana dan fasilitas pendidikan di setiap jenjang. Salah satu program Dinas Pendidikan dan Kebudayaan adalah tersedianya dan terjangkaunya pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, hingga pada tahapan pendidikan menengah.