Mohon tunggu...
Lusta Limbong
Lusta Limbong Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Alam, Olahraga, Bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Isu resesi ekonomi 2025: Tindakan Ekonomi Masyarakat

14 Desember 2024   20:00 Diperbarui: 14 Desember 2024   22:11 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Isu resesi ekonomi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2025 sudah mulai memengaruhi pola perilaku ekonomi masyarakat saat ini. Walaupun resesi belum terjadi, ketidakpastian ekonomi yang berhubungan dengan inflasi, kenaikan harga barang, ketegangan geopolitik, serta ketidakpastian terkait pemulihan ekonomi pasca-pandemi, sudah mendorong masyarakat untuk membuat penyesuaian terhadap keputusan ekonomi mereka. Pola perilaku ini mencakup perubahan dalam konsumsi, investasi, tabungan, dan pengambilan keputusan bisnis yang dipengaruhi oleh persepsi tentang resesi yang mungkin datang.

1. Pola Konsumsi yang Lebih Hati-hati dan Hemat

  • Penurunan Pengeluaran Non-Essensial: Masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran untuk barang dan jasa non-esensial, seperti barang mewah, hiburan, atau perjalanan. Sebagai persiapan menghadapi potensi kesulitan ekonomi, banyak konsumen memilih untuk lebih hemat dan fokus pada kebutuhan dasar, seperti makanan, perawatan kesehatan, dan perumahan.
  • Meningkatkan Permintaan untuk Produk yang Lebih Murah: Konsumen yang sadar akan potensi resesi lebih cenderung beralih ke produk dengan harga lebih terjangkau atau mencari diskon dan promo. Hal ini mendorong lonjakan permintaan untuk produk merek generik, barang bekas, atau barang yang dijual dengan diskon.
  • Perubahan dalam Pembelian Barang: Seiring dengan ketidakpastian ekonomi, konsumen mulai lebih memilih membeli barang yang lebih tahan lama dan lebih berguna, seperti peralatan rumah tangga yang efisien energi atau barang yang dapat memberikan nilai lebih dalam jangka panjang.

2. Peningkatan Kecenderungan Menabung dan Mengurangi Utang

  • Peningkatan Tabungan: Masyarakat cenderung lebih fokus pada menabung sebagai langkah berjaga-jaga untuk masa depan yang tidak pasti. Ini dapat terjadi karena rasa khawatir tentang pengurangan pendapatan di masa depan, kehilangan pekerjaan, atau kebutuhan mendesak lainnya. Masyarakat yang sebelumnya lebih sering menggunakan kredit untuk konsumsi kini mulai mengurangi penggunaan kartu kredit dan pinjaman.
  • Pengurangan Penggunaan Utang: Dalam menghadapi ancaman resesi, masyarakat lebih berhati-hati dalam mengelola utang. Mereka akan menghindari pengambilan kredit atau pinjaman besar, dan lebih memilih untuk membayar utang yang ada atau menunda pembelian barang besar yang memerlukan pembiayaan eksternal.

3. Penurunan Investasi dan Peningkatan Investasi yang Lebih Aman

  • Penurunan Investasi di Pasar Saham atau Proyek Bisnis Baru: Ketidakpastian ekonomi dapat menyebabkan banyak orang menunda atau mengurangi investasi di pasar saham atau proyek bisnis baru, karena ketakutan akan fluktuasi pasar yang tidak dapat diprediksi. Banyak individu dan perusahaan akan menunggu hingga situasi menjadi lebih stabil sebelum membuat keputusan investasi besar.
  • Peralihan ke Investasi yang Lebih Aman: Sebaliknya, masyarakat yang sebelumnya berinvestasi di instrumen berisiko tinggi, seperti saham teknologi atau investasi spekulatif, kini lebih cenderung beralih ke instrumen yang dianggap lebih aman, seperti obligasi pemerintah atau emas. Hal ini didorong oleh kekhawatiran atas volatilitas pasar yang tinggi.
  • Kecenderungan Menghindari Risiko: Pengusaha dan individu mungkin menunda investasi di sektor-sektor baru yang membutuhkan pembiayaan besar dan berisiko, seperti investasi dalam inovasi teknologi yang mahal atau ekspansi ke pasar baru. Mereka lebih memilih untuk menunggu stabilitas ekonomi sebelum mengambil langkah besar.

4. Perubahan dalam Kebijakan Bisnis dan Perusahaan

  • Penundaan Ekspansi dan Inovasi: Perusahaan akan lebih berhati-hati dalam membuat keputusan investasi besar, seperti ekspansi pasar atau peluncuran produk baru. Mereka mungkin akan menunda atau mengurangi investasi dalam proyek-proyek yang berisiko tinggi, memilih untuk fokus pada mempertahankan bisnis inti dan efisiensi operasional.
  • Pengurangan Pengeluaran untuk Karyawan: Jika terjadi resesi, perusahaan mungkin akan memotong anggaran operasional dan pengeluaran untuk karyawan, seperti dengan mengurangi bonus, memangkas tunjangan, atau bahkan melakukan PHK untuk mengurangi biaya.
  • Peningkatan Fokus pada Efisiensi dan Teknologi: Banyak perusahaan akan mempercepat adopsi teknologi untuk mengurangi biaya operasional, seperti dengan memanfaatkan otomatisasi, digitalisasi, dan kecerdasan buatan untuk meningkatkan produktivitas dengan sumber daya yang lebih sedikit.

Meskipun resesi ekonomi tahun 2025 belum terjadi, isu ini sudah mulai memengaruhi pola perilaku ekonomi masyarakat saat ini. Ketidakpastian ekonomi mendorong konsumen untuk lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang, lebih banyak menabung, dan beralih ke pilihan investasi yang lebih aman. Selain itu, masyarakat juga mulai memperhatikan stabilitas pekerjaan dan beradaptasi dengan cara kerja baru yang lebih fleksibel. Bisnis dan perusahaan juga menyesuaikan diri dengan keadaan ini, dengan menunda ekspansi dan berfokus pada efisiensi operasional. Pola konsumsi yang lebih bertanggung jawab dan kesadaran akan keberlanjutan juga meningkat meskipun dalam kondisi ekonomi yang menantang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun