Mohon tunggu...
Lusi Larasati
Lusi Larasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

Suka mencoba hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengatasi Dampak Pahit Broken Home

26 April 2024   20:54 Diperbarui: 26 April 2024   20:59 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengatasi Dampak Pahit Broken Home: Kunci Kesembuhan dan Kebahagiaan"*

Dalam masyarakat modern saat ini, fenomena broken home atau rumah tangga yang terpecah menjadi sebuah kenyataan yang tidak jarang kita temui. Hal ini menggambarkan kondisi di mana orang tua tidak lagi hidup bersama dalam satu rumah tangga, sering kali akibat dari perceraian atau pemisahan yang lainnya. Dampak dari broken home tidak hanya dirasakan oleh orang tua, tetapi juga oleh anak-anak yang menjadi korban langsung dari situasi tersebut.

Dalam banyak kasus, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan broken home sering mengalami tantangan emosional, psikologis, dan bahkan fisik. Mereka mungkin mengalami perasaan kehilangan, kebingungan, dan rasa sakit karena perpisahan orang tua mereka. Tanpa dukungan keluarga yang utuh, mereka juga rentan terhadap masalah perilaku seperti depresi, gangguan makan, dan gangguan kecanduan.Namun demikian, penting untuk diingat bahwa meskipun situasi broken home dapat menjadi ujian yang berat, bukanlah akhir dari segalanya. Ada langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk membantu anak-anak dan keluarga yang terkena dampaknya.

Pertama-tama, komunikasi yang terbuka dan jujur adalah kunci. Anak-anak perlu merasa didengar dan dimengerti. Orang tua harus menciptakan lingkungan di mana anak-anak merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaan mereka tanpa takut dihakimi atau diabaikan. Selanjutnya, mencari bantuan profesional juga sangat penting. Konseling keluarga atau terapi individu dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi semua anggota keluarga untuk memahami dan mengatasi perasaan mereka. Juga, penting untuk mencari sumber daya komunitas yang ada, seperti kelompok dukungan untuk anak-anak dari keluarga terpecah atau layanan sosial yang dapat memberikan bantuan finansial atau dukungan emosional.

Selain itu, membangun rutinitas yang stabil dan konsisten juga dapat membantu anak-anak merasa lebih aman dan terjamin. Ini bisa termasuk jadwal yang teratur untuk waktu bersama dengan setiap orang tua, kegiatan di luar rumah yang menyenangkan, dan kegiatan keluarga yang membangun ikatan.Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, adalah menjaga hubungan yang positif antara kedua orang tua, meskipun mereka tidak lagi hidup bersama. Mengedepankan kerjasama dan sikap dewasa dalam berkomunikasi dan membuat keputusan bersama mengenai anak-anak dapat membantu menciptakan lingkungan yang stabil dan mendukung bagi mereka.

Dalam menghadapi tantangan broken home, penting bagi setiap anggota keluarga untuk mengingat bahwa mereka tidak sendirian. Dengan dukungan, komunikasi, dan kesediaan untuk bekerja sama, kesembuhan dan kebahagiaan tetap mungkin tercapai. Dengan menjaga fokus pada kesejahteraan anak-anak, setiap langkah yang diambil dapat membawa mereka menuju masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun