Cadar merupakan sebutan bagi sehelai kain yang digunakan oleh kaum wanita untuk menutupi sebagian wajahnya sehingga, hanya menyisakan bagian mata. Cadar sendiri digunakan untuk melindungi wanita atau setidaknya meminimalisir risiko dari berbagai fitnah yang bisa saja terjadi. Banyak yang beranggapan bahwa cadar merupakan budaya arab tetapi, sebenarnya cadar merupakan syariat Islam. Berdasarkan keempat imam mazhab hukum cadar sendiri tingkat paling ringannya ialah sunah. (https://youtu.be/M1YTwEJW1BI)
Belakangan ini sering terlihat bagaimana keberadaan oknum bercadar yang tampaknya mempermainkan cadar hanya untuk meraih suatu kepopuleran. Cadar diobral demi menggaet keuntungan-keuntungan pribadi yang tidak sesuai dengan fungsi dari cadar itu sebenarnya.
Dapat kita lihat pada saat sekarang ini pengguna cadar semakin bertambah. Namun, tidak sedikit di antara mereka yang tidak paham bagaimana esensi sebenarnya dari cadar tersebut. Yang mana seharusnya dengan cadar tersebut akan membuat diri seseorang yang menggunakannya semakin bertambah kadar rasa malu yang dimiliki. Akan tetapi, yang terlihat di media sosial malah sebaliknya. Banyak oknum bercadar yang menyalahgunakan cadar tersebut, di sini kita tidak berbicara perkara niat seseorang akan tetapi, mengenai bagaimana seseorang berperilaku seharusnya. Â
Sebagaimana salah satu ungkapan dari seorang influencer (Wajdi Azim), "Salah satu esensi cadar adalah kebersihan hati, bukan untuk mencari materi apalagi menarik perhatian buaya jantan yang mendadak islami. Jangan sampai cadar hanya digunakan untuk menutupi kebusukan hati demi mendapatkan label "idaman" dari kaum laki yang justru hijrah baru saja kau tapaki, esensi cadar tak kunjung kau pahami, otakmu eror pun kau tak peduli. Kesuksesan hijrah bukan ketika kau bercadar lalu tebar pesona dan mendapatkan pujian kaum laki, melainkan ketika kau konsisten menjaga marwah kehormatan dan punya harga diri. Jujurlah wahai hati, sebenarnya untuk apa cadar kau gunakan selama ini?."
Sebagaimana yang dapat kita lihat sendiri di berbagai media sosial oknum bercadar berjoget tanpa rasa malu lalu dipertontonkan di media sosial. Bahkan, ada yang sampai melakukan siaran langsung dari tengah malam sampai subuh menjelang demi mengumpulkan berbagai gift dari penonton setia. Tidak jarang siaran langsung yang dilakukan tersebut mendapatkan berbagai pernyataan yang membawa pada kebaikan tetapi diabaikan. Mereka hanya menerima pujian yang ditujukan pada mereka bukan kritikan.
Siaran langsung itu terus saja dilakukan bahkan, lebih banyak mudarat yang didapat. Live sambil bernyanyi atau juga membicarakan hal-hal yang tidak penting. Saat kritikan datang bukan menyambut dengan hati lapang malah langsung memblokir akun yang melontarkan kritikan.
Ada lagi hal yang tidak seharusnya dilakukan saat seseorang memutuskan menggunakan cadar yaitu tabarruj. Tabarruj adalah berhias dengan memperlihatkan keindahan dan kecantikan kepada lelaki ajnabi apalagi hal ini dilakukan di media sosial yang mana dapat dilihat oleh siapa pun itu. Sebagian wajah memang ditutupi tetapi, bagian mata dihias seindah mungkin dengan berbagai make up dilengkapi softlens dengan ukuran yang tidak sesuai kapasitas.
Bila dilihat dari pandangan psikologi, Start Syndrome bisa dikatakan hal itulah yang terjadi pada mereka, Star Syndrome adalah kondisi ketika seseorang merasa dirinya sempurna, mengagumkan , dan terkenal, padahal kenyataannya tidak. Secara medis kondisi ini juga dikenal dengan sebutan gangguan kepribadian narsistik. (https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-6-ciri-seseorang-mengidap-star-syndrome) Sebagaimana seseorang yang mengalami hal tersebut akan merasa bahwa dirinya benar dan mereka tidak menerima kritikan dalam bentuk apa pun itu yang terpenting hanyalah pujian dan pujian.
"Kritik diberi bukan sebab ingin menjatuhkan, bukan pula merasa diri paling sempurna tapi, sebab peduli dari hati akan hal yang tak seharusnya kau geluti."
UAS pernah berkata tentang adanya anak muda yang pacaran dan tidak pacaran hal yang paling dikhawatirkan adalah anak muda yang tidak pacaran itu diam sehingga, anak muda yang pacaran tersebut merasa benar. Sama halnya pada persoalan ini jika, kita tetap saja diam dengan berbagai tindakan yang tidak semestinya tersebut maka oknum semacam itu akan tetap saja merasa benar dan tindakannya akan terus berlanjut hingga, tercipta generasi-generasi selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H