Mohon tunggu...
Lusi Cantika Dewi
Lusi Cantika Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi yang saya suka menonton film dan lainnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karena Doa ibu

18 Januari 2025   19:29 Diperbarui: 18 Januari 2025   19:29 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mentari pagi menyapa Aisyah melalui celah-celah jendela kamarnya yang sederhana. Cahayanya yang hangat menerobos masuk, menerangi debu yang menari-nari di udara. Aisyah menggeliat, mencoba mengumpulkan nyawanya. Pikirannya langsung tertuju pada satu hal: kuliah. Impian yang sudah lama ia idam-idamkan, namun terasa begitu jauh untuk digapai.

Aisyah bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur. Di sana, ibunya, seorang wanita paruh baya dengan kerutan di wajahnya yang menggambarkan kerasnya kehidupan, sedang menyiapkan sarapan. Aroma nasi goreng sederhana menusuk hidung Aisyah, membangkitkan selera makannya."Pagi, Bu," sapa Aisyah sambil mencium tangan ibunya. "Pagi, Nak. Sudah bangun? Ini Ibu sudah siapkan sarapan," jawab ibunya dengan senyum yang selalu menenangkan hati Aisyah.

Sambil menikmati sarapannya, Aisyah memberanikan diri untuk kembali membahas impiannya. "Bu, Aisyah masih sangat ingin kuliah. Aisyah ingin sekali bisa seperti teman-teman yang lain, agar nanti Ais bisa mudah mendapatkan pekerjaan yang layak buk," ucapnya dengan nada memelas. Ibunya menghela napas pelan. Ia tahu betul betapa besar keinginan putrinya itu. Namun, ia juga sangat sadar dengan kondisi ekonomi keluarga mereka yang sangat terbatas. Suaminya telah lama meninggal dunia, dan ia seorang diri harus membesarkan Aisyah dengan berjualan kue-kue kecil di pasar. "Ibu tahu, Nak. Ibu juga ingin sekali kamu bisa menjadi anak yang sukses. Ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu," jawab ibunya dengan suara lembut. "Tapi, Bu... Aisyah sudah sering minta Ibu mendoakan Aisyah agar bisa kuliah, tapi sampai sekarang belum ada jalan," kata Aisyah dengan nada sedikit kecewa.

Ibunya tersenyum dan mengusap kepala Aisyah dengan sayang. "Nak, doa Ibu selalu menyertaimu. Tapi, kamu harus ingat, jalan kesuksesan itu tidak hanya satu. Mungkin jalanmu bukan lewat bangku kuliah. Allah punya rencana yang lebih indah untukmu," ujarnya bijak. Aisyah terdiam. Ia mengerti maksud ibunya, tetapi ia tetap merasa kecewa. Baginya, kuliah adalah satu-satunya jalan untuk meraih kesuksesan dan mengubah nasibnya. Hari-hari berlalu, Aisyah tetap membantu ibunya berjualan di pasar. Ia juga mencoba mencari pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Ia tidak pernah berhenti berharap dan berdoa agar impiannya untuk kuliah bisa terwujud. Setiap malam, ia selalu meminta ibunya untuk mendoakannya. "Ibu, tolong doakan Aisyah lagi ya, agar bisa kuliah," pintanya setiap malam sebelum tidur. "Iya, Nak. Ibu selalu mendoakanmu. Ibu mendoakan agar kamu sukses, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah," jawab ibunya dengan tulus.

Namun, waktu terus berjalan, sampai waktu mendaftar kuliah telah berakhir dan Aisyah tak kunjung mendapatkan kesempatan untuk kuliah. Ia mulai merasa putus asa. Ia merasa doanya dan doa ibunya tidak didengar. Suatu hari, seorang pelanggan tetap ibunya di pasar menawarkan pekerjaan kepada Aisyah. Pelanggan tersebut memiliki sebuah toko kerajinan tangan yang cukup besar. Ia melihat Aisyah sebagai gadis yang rajin, jujur, dan memiliki bakat dalam bidang seni."Aisyah, saya perhatikan kamu anak yang rajin dan tekun. Bagaimana kalau kamu bekerja di toko saya? Saya butuh seseorang yang bisa membantu mengelola toko dan membuat beberapa kerajinan tangan," tawar pelanggan tersebut.

Aisyah sangat terkejut dengan tawaran itu. Ia tidak pernah menyangka akan mendapatkan kesempatan seperti ini. Tanpa pikir panjang, ia langsung menerima tawaran tersebut. Meskipun tidak bisa kuliah, Aisyah bekerja dengan sangat giat di toko kerajinan tangan tersebut. Ia belajar banyak hal baru, mulai dari mengelola keuangan, memasarkan produk, hingga menciptakan desain-desain kerajinan tangan yang unik dan menarik. Bakat seninya yang selama ini terpendam akhirnya bisa tersalurkan.

Beberapa bulan kemudian, toko tempat Aisyah bekerja semakin berkembang pesat. Bahkan, Aisyah dipercaya untuk menjadi manajer toko. Ia berhasil meningkatkan penjualan dan memperluas jaringan pemasaran toko tersebut. Ia juga berhasil mengembangkan beberapa produk baru yang sangat diminati oleh pelanggan. Aisyah merasa sangat bersyukur dengan apa yang telah dicapainya. Ia memang tidak kuliah, tetapi ia berhasil meraih kesuksesan melalui jalan yang lain. Ia memiliki pekerjaan yang mapan, penghasilan yang cukup, dan yang terpenting, ia bisa membantu ibunya.

Suatu malam, Aisyah duduk bersama ibunya di ruang tamu. Ia ingin mengucapkan terima kasih atas segala doa dan dukungan ibunya selama ini. "Ibu, Aisyah sangat berterima kasih atas semua doa Ibu. Berkat doa Ibu, Aisyah bisa seperti sekarang, bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan penghasilan yang cukup " ucap Aisyah dengan tulus. Ibunya tersenyum dan menggenggam tangan Aisyah dengan lembut. "Nak, Ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Ibu mendoakan agar kamu sukses dan bahagia. Ibu percaya, Allah selalu punya rencana yang terbaik untuk setiap hamba-Nya," jawab ibunya. "Tapi, Bu... dulu Aisyah selalu minta Ibu mendoakan agar Aisyah bisa kuliah. Kenapa Aisyah belum bisa kuliah?" tanya Aisyah dengan rasa penasaran yang selama ini ia pendam. Ibunya menghela napas pelan dan menatap Aisyah dengan tatapan penuh kasih sayang.

 "Nak, Ibu memang selalu mendoakan agar kamu sukses, bahagia serta bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Tapi, Ibu tidak pernah mendoakanmu sukses melalui jalur kuliah" jelas ibunya. Aisyah terkejut mendengar pengakuan ibunya. "Kenapa, Bu?" tanyanya dengan bingung. "Nak, Ibu tahu betul kondisi ekonomi kita. Kuliah membutuhkan biaya yang sangat besar. Selain itu, kuliah juga membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Ibu tidak ingin kamu terlalu membebani diri sendiri. Ibu ingin kamu sukses dengan cara yang lebih mudah dan tidak terlalu memberatkanmu, apalagi kami anak perempuan nak kekhawatiran ibu lebih besar ibu takut mengiangat umur ibu juga yang tak lagi muda" jawab ibunya dengan jujur. "Ibu berpikir, sukses ataupun untuk mendapatkan pekerjaan yang layak itu tidak hanya bisa diraih melalui bangku kuliah. Ada banyak jalan lain yang bisa mengantarkanmu pada kesuksesan. Dan Ibu percaya, Allah telah menunjukkan jalan yang terbaik untukmu," lanjut ibunya.

Aisyah terdiam. Ia baru menyadari betapa bijak dan penuh kasih sayangnya ibunya. Ia mengerti sekarang mengapa ia belum bisa kuliah. Bukan karena doanya tidak didengar, tetapi karena ibunya memiliki pandangan yang lebih luas dan lebih bijaksana tentang kesuksesan. Aisyah memeluk ibunya dengan erat. Air mata haru mengalir di pipinya. Ia merasa sangat beruntung memiliki seorang ibu yang begitu penyayang dan selalu mendoakan yang terbaik untuknya.

"Terima kasih, Bu. Terima kasih atas semua doa dan pengorbanan Ibu. Aisyah sangat menyayangi Ibu," ucap Aisyah dengan suara bergetar. Ibunya membalas pelukan Aisyah dengan erat. "Ibu juga sangat menyayangimu, Nak. Kita bisa merencanakan tapi takdir Allah itu tau yang lebih baik dan apalagi kalau kita menjalani semua dengan ikhlas nah semuanya akan lebih muda dijalani.. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan Ibu juga," jawab ibunya dengan tulus. Malam itu, Aisyah tidur dengan hati yang tenang dan damai. Ia telah memahami arti dari doa ibunya. Ia telah mengerti bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari gelar sarjana, tetapi juga dari kebahagiaan, kemandirian, dan kemampuan untuk bermanfaat bagi orang lain. Dan ia telah meraih semua itu berkat doa dan kasih sayang ibunya. Kini ia tak lagi memikirkan tentang kuliah walaupun sudah memiliki cukup uang untuk biaya pendidikan ia Lebih fokus menjalani apa yang sedang ia punya sekarang dan bersyukur dengan segala takdir yang telah ditetapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun