Warung kopi yang dimulai sejak bulan Desember 2022 ini menjadi salah satu warkop pelarian bagi anak muda saat ini dengan harga yang sangat ramah di kantong mereka. Toendjoeng Djaja, bertempat di belakang pasar sepeda Tunjungsari Yogyakarta memiliki konsep yang mengusung tema "warkopnya orang kecil."
Mas Andre, pemuda asal Bekasi, pengkonsep sekaligus pemilik dari Toendjoeng Djaja mengutarakan bahwa konsepnya seperti warkop di Vietnam. Kemudian konsep seperti ini diadaptasi ke daerah Jawa Timur, utamanya di daerah Malang, dimana kopi disajikan bagi para tukang becak atau tukang sapu pasar. Namun hal yang menjadi perhatian dimana mereka harus merogoh harga yang tidak sesuai dengan isi kantong mereka.
"Lewat warung ini, kami menyajikan kopi yang apa adanya," ujar Mas Andre. Pernyataan ini didukung dengan menu-menu yang ditunjukkan di warung kopi ini. Dengan harga yang terjangkau, pelanggan dapat menikmati secangkir kopi dengan harga 5 ribu rupiah, tanpa meninggalkan kualitas dari kopi itu sendiri. Tentu saja selain menyajikan kopi, mereka juga menawarkan beberapa cemilan serta makanan berat yang sederhana pula.
 Luas warung yang tidak terlalu besar menjadi daya tarik tersendiri yang dimiliki Toendjong Djaja. Tidak tanpa alasan, Mas Andre mengutarakan bahwa melalui warung ini, pelanggan dapat berinteraksi bersama antara pemilik, barista, serta pelanggan dan merasakan bahwa ngopi dapat memberikan kehangatan bagi para pelanggannya, "Bisa berinteraksi. Dengan (pelanggan) mengetahui produk dan brand identity dari yang kami sajikan, masyarakat (pelanggan) jadi lebih kenal kopi yang lebih humble."
 Konsep yang diambil dari Mas Andre adalah sebuah penggabungan antara warmindo (warung indomie), warung kopi, dan angkringan yang populer di daerah Yogyakarta ini. Penggabungan ini membuat Toendjoeng Djaja semakin dinikmati oleh kalangan muda. Mengapa tidak, harga yang terjangkau dan suasana yang mendukung menjadikan Toendjoeng Djaja sebagai tempat ngopi yang sederhana dengan rasa yang kaya.Â
3 bulan berjalan dengan konsistensi dari Mas Andre dan tim menjadikan Toendjoeng Djaja bertumbuh setiap harinya. Yang awal mulanya hanya menyediakan kursi di dalam dan di teras depan warungnya saja, saat ini menyediakan kursi pula di belakang dan di teras samping. Dengan keramaian yang ada memberikan sebuah gambaran bahwa Toendjoeng Djaja berhasil  membawa kesederhanaan ngopi di tengah-tengah kota Yogyakarta. Selain itu, di warung kopi ini juga memberikan pengalaman hiburan seperti teka-teki silang agar pelanggan tidak merasa bosan dan kembali nostalgia dengan permainan jaman dahulu, tentu saja dengan hadiah yang diincar oleh para pelanggan. Musik klasik yang diperdengarkan di warung kopi ini semakin menambah dan mendukung suasana otentik khas dari Toendjoeng Djaja.
 "Kopi itu gak ribet, kopi itu gak mahal, yang bikin mahal itu gaya hidupnya yang tidak bisa  kami hadirkan di kopi yang ada di warung kami," Mas Andre memberikan sebuah gambaran ngopi pada saat ini dimana bertebaran warung kopi dengan konsep high class dan menyajikan kopi dengan harga 15-30 ribu rupiah dengan segala variasi rasa yang dimiliki. "Dengan menyajikan kopi-kopi pasar, kopi-kopi bagus yang kami sajikan dengan harga murah di warung kami, kami mengajak para pelanggan untuk ngopi di pasar Tunjungsari ini."