Mohon tunggu...
Lusi Apriyani
Lusi Apriyani Mohon Tunggu... -

Journalist, Counselor, Traveller, Readholic, Food Lover

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berpikir Merdeka (Memerdekakan diri)

15 Januari 2012   11:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:52 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan dunia memang begitu indah. Sangat disayangkan ketika kita tak mampu merasakan nikmat dunia dengan rasa tenang dan damai. Tahu maksud saya? Indah dan menggiurkan nikmat dunia. Namun akan menjadi semu saat kita tidak mampu mengelola kehidupan dunia dengan baik. Nikmat menjadi sesaat karena selebihnya terkandung keresahan dan kegelisahan. Resah dan gelisah yang tak disadari yang kemudian menjelma menjad i pikiran dan perilaku negatif. Kemudian kala pikiran dan perilaku negatif mulai merongrong diri, apakah sudah bisa dikatakan kalau kita sudah merdeka, merdeka pribadi? Seperti apa merdeka pribadi itu? Merdeka adalah ketika kita tak dipusingkan lagi atas komentar-komentar orang mengenai diri kita. Merdeka adalah ketika kita tak teru sik lagi karena perlakuan tidak baik atau yang tidak kita inginkan terjadi pada kita. Tak akan ada kesedihan untuk hal ini. Merdeka adalah ketika kita tidak dire potkan dengan target pencapaian kemakmuran duniawi. Merdeka adalah ketika kita mampu melakukan segala sesuatu tanpa embel-embel harapan akan penghargaan dari orang lain. Merdeka adalah ketika kita tak sibuk mencari tahu mengenai kehidupan orang lain dalam konteks "memata-matai" sebagai bahan referensi menilai sikap orang lain. Dengan kata lain tidak disibukkan dalam rangka untuk menyimpulkan karakter orang lain. Mengapa poin-poin di atas dapat dikatego rikan sebagai merdeka pribadi? Untuk definisi yang pertama, merdeka adalah saat kita bebas bersikap dan berperilaku, terbebas dari keinginan untuk memenuhi persepsi orang lain mengenai "baik" menurut versi mereka. Ada sepuluh orang, maka akan ada sepuluh definisi tentang baik. Apakah kita akan "membelah" diri menjadi sepuluh agar kita dikatakan baik oleh kesepuluh orang tersebut? Bukankan Allah SWT telah memberikan sosok teladan? Sang Nabi pengakhir zaman. Sehingga kita tak akan terombang-ambing dalam menentukan sumber inspirasi yang kekal dan tak akan mengecewakan. Perhatikanlah. Ketika seseorang menemukan "cacat" pada sosok penginspirasi kehidupannya, maka tak jarang yang muncul adalah kekecewaan. Bebaskanlah dirimu. Wajarkanlah dalam mencari sumber inspirasi di zaman sekarang. Sadarilah, manusia hanyalah sosok yang dhaif (lemah), pasti ada/ pernah tergurat kesalahan. Menyadari lemahnya manusia dan Maha Agungnya Allah SWT akan menggiring kita menjadi jiwa pemaaf. Pemaaf adalah salah satu wujud dari pribadi yang merdeka. Merdeka dari rasa dendam, benci juga sakit hati. Tidak adanya kesedihan berkepanjangan akan perlakuan tidak baik terhadap diri kita adalah salah satu bentuk kemerdekaan diri. Kita merdeka dari penguasaan rasa sedih yang disebabkan orang lain. Jika kita masih terus-terusan bersedih, itu artinya kita tidak lagi mempunyai kendali terhadap rasa kita, orang lain tsb lah yang telah mengambil kendalinya. Maka menenangkan jiwa dari kesedihan atas perlakuan tidak menyenangkan dari orang lain adalah bentuk pemerdekaan diri. Maksud dari "Tidak direpotkan dengan pencapaian target duniawi" adalah bahwa kita merdeka dari tekanan-tekanan akan pencapaian. Kita hanya perlu berusaha sebaiknya, toh akan ada yang memberikan hasil akhir, ialah Allah. Merdekakan diri dari tekanan, sehingga pencapaian duniawi akan menaut dengan pencapaian akhirat. Melakukan segala sesuatu dengan adanya harapan akan dihargai orang lain, akan membuat kita tertekan. Tidak ada lagi kenikmatan dalam aktivitas tersebut, dengan kata lain kita telah terpenjara oleh harapan penghargaan tersebut. Merdeka adalah tidak adanya rasa tertekan. Mencari tahu seluk beluk kehidupan orang lain merupakan bentuk tidak merdekanya diri kita dalam hidup. Kita disibukkan dengan menyelidiki atau mencari informasi kehidupan orang lain, sementara kita telah mengabaikan pencapaian-pencapaian hidup kita sendiri. Hidup kita berarti telah dihantui bayang-bayang kehidupan orang tersebut. Di mana lagi letak kemerdekaan pribadi? Berpikir merdeka maka tindakan pun akan mendorong ke arah merdekanya pribadi kita. Merdeka pribadi bukan berarti juga apatis. Merdeka pribadi adalah merdeka dalam menikmati kehidupan, tanpa tekanan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun