Mohon tunggu...
Syasha Lusiana
Syasha Lusiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku parenting CAHAYA DUNIA, Konselor, Motivator, Teacher

Pembelajar sepanjang hayat agar selalu memberi manfaat untuk masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Love

Cinta yang Tak Pernah Sakit

8 November 2023   09:00 Diperbarui: 8 November 2023   09:28 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang anda rasakan ketika mengetahui pasangan anda terkena penyakit yang cukup serius dan membutuhkan perawatan cukup panjang, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, bahkan bisa jadi sisa pernikahan anda dihabiskan dengan merawatnya. Tentu bermacam reaksinya, yang pasti kekhawatiran pastilah akan menggelayuti dalam setiap perasaan pasangan, apalagi bila penyakit itu berproses membuat perubahan secara perlahan pada fisik si sakit.   

Beberapa  teman bertutur  “ Hal yang paling menyedihkan adalah ketika melihat perubahan suami secara fisik, perlahan-lahan dia makin kurus, padahal dari awal nikahpun aku tidak pernah melihatnya kurus, awal2 serasa tidur dengan orang asing, kalau kurus karena sehat sih ga masalah, tapi kan ini kurus karena sakit…….”     “ awal divonis dia sakit, bayangan saya sudah macam-macam, harus siap menjanda dan mencari kerja…..”     “ begitu banyak perubahan hidup yang saya jalani dan saya mulai membiasakannya karena ini memerlukan perjalanan panjang, saya bukan orang yang pandai merawat orang sakit, namun sekarang istri sakit, mau tidak mau saya harus bisa marawatnya sekaligus saya juga harus bisa mengurus anak”  teman yang lain mengatakan “ dua tahun pengalaman mengurus istri, menguras energi kesabaran dan keikhlasan, rasanya belum tuntas… saat akhirnya Allah memanggilnya”   ya…. begitulah saat pasangan kita mengalami sakit, jangankan sakit yang menahun , sakit yang hanya sesaat saja seringkali menimbulkan kekhawatiran.  Dari mulai kekhawatiran yang ringan, sampai kekhawatiran yang berat.  

Khawatir, cemas, kasihan, peduli adalah bentuk perhatian pada pasangan yang dilandasi cinta dan kasihsayang.   Diawali dengan kalimah syahadat yang membuat pasangan berada dalam satu ikatan hati yang bernama pernikahan, apapun yang terjadi atas pasangan tentu akan menjadi tanggungan bersama.  Harapan yang seringkali adalah tidak terjadi sesuatu apapun yang berarti dalam perjalanan rumah tangga, namun ketika sang Kholik berkehendak lain tentu sebagai pasangan dan pendamping hidup tidak bisa berdiam diri.    Tidak sedikit kisah para suami atau istri yang menjadi pendamping pasangannya yang sakit dan mampu melampaui semua itu dengan baik.  

Kisah suami istri yang mendampingi pasangannya yang sakit bisa kita lihat dalam kisah Nabi Ayyub yang sakit berkepanjangan, penyakit kulit menular serta menimbulkan aroma menyengat bagi siapa saja yang mendekatinya tidak kuat menahan baunya, istri yang telah menjadi pendamping hidup dalam pernikahan delapan puluh tahun lamanya (tafsir ibnu katsir) hanya satu-satunya yang mendampingi dan melayani padahal  seluruh penduduk sekitar menghindarinya, bahkan istrinya sempat dihasut iblis untuk menjauhi nabi Ayyub sehingga Nabi Ayyub murka dan berjanji apabila sembuh akan mencabuk istrinya 100 kali, walaupun setelah sembuh beliau tidak tega untuk melaksanakan janjinya tersebut, sampai akhirnya Allah menurunkan perintah untuk melaksanakan janjinya, perintah ini kemudian Allah abadikan dalam firman-Nya

Al-Quran Surat Shaad ayat 41-44 yang artinya, “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan” (Allah berfirman). “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), setelah itu pukullah dengan ikatan rumput itu kepada istrimu agar kamu tidak melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)”

18 tahun sakit yang dialami nabi ayyub bukanlah sakit waktu yang sebentar, tentu dibutuhkan ketegaran yang luar biasa tidak hanya bagi nabi Ayyub sendiri namun juga bagi istri sebagai pendampingnya.

Apa yang harus dilakukan saat pernikahan dilanda kenyataan bahwa suami atau istri mengalami sakit berkepanjangan dan membutuhkan pendampingan serta perawatan:

Pertama, Banyaklah berempati

Berempati dengan mengingat dan masa-masa sehat bersamanya, karena biasanya orang sakit jauh lebih emosional dan meminta perhatian serta pelayanan lebih, ingatlah bahwa masa sehatnya jauh lebih banyak dibandingkan waktu sakitnya, sama halnya dengan banyak mengingat kebaikannya dibandingkan keburukannya, begitu banyak kebaikan yang telah diberikan pasangan dalam kehidupan, begitu banyak kebahagiaan yang membersamai, kebahagiaan itu diciptakan oleh hati kita, ketika hati bahagia maka semua akan terlihat membahagiakan.

Ingatkah kisah Umar bin Khattab ketika didapati tengah dimarahi istrinya, umar hanya diam saja, karena Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga terhindar dari perbuatan tercela dan caci maki tak terpuji. Imam ibnu Jauziyah mengatakan “ Aku bersyukur atas kelebihannya kenapa aku tidak bersabar atas kekurangannya”.     Atau juga istri nabi ayyub yang tetap bertahan dengan setia mendampingi walaupun sakitnya nabi ayyub sedemikian mengerikannya.  

Menderita sakit itu memang penuh ketidak nyamanan, tidak bisa melakukan aktivitas kehidupan  secara normal, lebih sensitive,sedih, sehingga butuh dukungan mental dan spiritual untuk menguatkannya.  Banyak pasangan yang tidak mampu menghadapi kondisi seperti ini yang akhirnya memutuskan meninggalkan pasangan yang sakit, atau bahkan memperlakukannya seperti ada namun tiada yang tentu saja akan sangat berpengaruh buruk pada kehidupan berkeluarga selanjutnya.  Saling mengingatkan dan menasehati adalah bagian dari upaya berempati terhadap pasangan.  Berlapang dada dalam memberi nasehat, berbesar jiwa dalam menerimanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun