Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan sebuah investasi bagi peradaban pada masa yang akan datang dalam mewujudkan tujuan bangsa Indonesia.
Pendidikan menjadi kesempatan bagi setiap manusia untuk mengembangkan diri agar lebih berkualitas dan membentuk karakter yang sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya yang berpegang teguh pada Pancasila. Pendidikan menjadi sebuah prioritas utama bagi negara-negara maju, karena diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Â
Namun, keadaan pendidikan di Indonesia justru belum mampu mencapai tujuan tersebut. Pendidikan di Indonesia jauh dari kata Merdeka jika dibandingkan dengan negara lainnya seperti Singapura, Rusia, dan lainnya. Banyak problematika yang dihadapi dalam mewujudkan hal tersebut.
Menurut penelitian Nurhuda (2022) permasalahan pendidikan dalam lingkup makro meliputi kurikulum yang membingungkan dan terlalu kompleks, pendidikan yang kurang merata, masalah penempatan guru, rendahnya kualitas guru, dan biaya pendidikan yang maha, sedangkan untuk lingkup mikro meliputi metode pembelajaran yang monoton, sarana dan prasarana kurang memadai, dan rendahnya prestasi peserta didik.
Berdasarkan hal tersebut perlunya ada perbaikan dan solusi untuk pendidikan Indonesia yang dapat dimulai dari diri guru itu sendiri.
Pendidikan dapat berhasil apabila guru memperhatikan peserta didik. Menurut Ki Hajar Dewanatara tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada peserta didik agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia ataupun sebagai anggota masyarakat.
Hal tersebut dimulai dari seorang guru agar dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Ki Hajar Dewanatara mengibaratkan peran pendidik seperti "seorang petani atau tukang kebun" dimana anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh petani atau tukang kebun pada lahan yang disediakan.
Anak tersebut bagaikan bulir jagung yang ditanam, apabila ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik dan dirawat serta diperhatikan oleh petani maka biji jagung tersebut akan menjadi bibit yang berkualitas baik, namun sebaliknya apabila tidak dirawat dengan baik maka biji jagung tersebut mungkin akan tumbuh namun tidak akan optimal.
Untuk itu seorang guru harus memperhatikan keadaan dan kebutuhan peserta didiknya. Guru juga dapat mengimplementasikan semboyan Ki Hajar Dewatara yaitu "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" yang memiliki arti guru di depan harus mampu menjadi seorang pemimpin yang memberikan teladan, ditengah dapat membangkitkan semangat, dan di belakang dapat memberikan dorongan moral dan semnagat kepada peserta didik.
Berdasarkan pemikiran dari Ki Hajar Dewantara tersebut, pendidikan Indonesia dapat diperbaiki mulai dari guru itu sendiri. Guru harus dapat memahami keadaan, karakteristik, dan kebutuhan dari peserta didik yang diintegrasikan dengan Kurikulum yang berlaku. Guru harus merancang pembelajaran dengan menggunakan model, metode, dan media pembelajaran yang tepat agar pembelajaran dapat berhasil dan bermakna.
Guru mulailah merancang pemelajaran yang berdiferensiasi dan meng-upgrade kualitas dirinya melalui berbagai macam platform seperti mengikuti program pemberdayaan  guru, seminar maupun webinar agar mampu menuntun peserta didik sesuai dengan kodrat zamannya dan menjadikan pendidikan di Indonesia Merdeka. Dengan demikian, diharapkan peserta didik dapat menjadi individu yang berkualitas dan sejahtera.Â
Referensi:
Nurhuda, A. (2022). Masalah-masalah pendidikan nasional: faktor-faktor dan solusi yang ditawarkan. Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Dasar Islam, 5 (2)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H