Dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai makhluk sosial, manusia akan banyak berhubungan dengan manusia lainnya. Akan banyak ditemui berbagai macam perilaku dan tingkah laku diantara kita. Lantas bagaimana kita menyikapinya? Berbicara tentang sikap dan perilaku tentunya akan berkaitan dengan kata adab dan ilmu.Â
Seperti diketahui bahwa adab memiliki sebuah arti kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti. Adab erat kaitannya dengan akhlak atau perilaku terpuji. Para ahli bahasa juga kebanyakan menyebutkan bahwa adab merupakan kepandaian dan ketepatan dalam mengurus segala sesuatu. Adab merupakan bagian dari tata aturan kehidupan yang bisa menjadi benteng bagi kita dalam bersikap terhadap sekitar, sehingga kita memiliki rasa dan empaty akan berbagai macam pola kehidupan.
Seperti kalimat dalam sila kedua Pancasila "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Kalimat ini memiliki makna bahwa kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi hati nurani. Sila kedua Pancasila ini mengandung nilai-nilai yang harus diterapkan dalam hubungan dengan diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan. Betapa pentingnya adab itu harus kita jaga dan implementasikan terutama dalam kehidupan sehari-hari. Karena selama kita hidup dan sebagai makhluk sosial, maka selama itu pula kita akan berhubungan dengan manusia lain dan lingkungan sekitar. Saat kita mengeksplor diri supaya bisa berkembang dalam kehidupan ini, baik secara keilmuan atau pun sebagai makhluk sosial, adab tetaplah harus dijaga. Manusia beradab tentunya adalah manusia yang memiliki ilmu.Â
Sementara saat ini terkadang orang yang kita anggap berilmu, ternyata tidak memiliki adab. Adab merupakan kepandaian dan ketepatan dalam mengurus sesuatu. Jadi saat dalam pekerjaan pun ketika kita diberikan tanggung jawab untuk melakukannya, kepandaian beradab tetap harus dijaga. Karena di saat pekerjaan itu dilakukan, kita tidak sendiri, akan banyak hal yang terlibat di dalamnya. Dalam menjalankan profesionalisme pekerjaan sikap, perilaku, dan tindakan yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan pekerjaan tersebut harus mencerminkan sikap seseorang terhadap profesinya.Â
Bagaimana dia bertanggung jawab atas tugasnya, termasuk cara dia menyikapi saat ada persoalan dalam pelaksanaannya. Sikap dan toleransinya harus terjaga, tidak terbawa situasi yang mungkin tidak mengenakkan yang bisa saja memancing ego pribadinya muncul. Jika hal ini terjadi, justru akan memberikan image yang kurang baik bagi dirinya.Â
Ilmu menjadikan anda mulia dan terhormat, tapi tanpa adab ilmu itu tidak akan ada manfaatnya. Menjaga adab, sama artinya kita menjaga keilmuan yang dimiliki. Profesional dalam bekerja itu menunjukkan bahwa diri beradab dan berilmu, apalagi ketika kita berada di lingkungan pendidikan. Profesionalisme seorang guru harus menjadi contoh bagi peserta didiknya. Sikap dan perilaku seorang guru akan menjadi cermin bagi peserta didik. Alangkah lebih baiknya jika sebagai pendidik, seorang guru menjaga adab dan ilmunya.Â
Tingkatkan kompetensi sehingga diri terasah baik secara ilmu atau skill yang dimiliki maupun secara pesonality. Jadilah seorang pendidik yang memiliki personality terbaik versi global, bukan versi diri sendiri. Ketika diri sendiri menilai bahwa pribadi adalah terbaik, kompeten, atau lebih pintar dari orang lain, belum tentu masyarakat sekitar akan menilai sama. Apalagi jika adab dan perilaku kita tidak selamanya disetujui oleh orang lain. Atau bahkan mungkin ketika ada sekelompok orang yang menilai kita terbaik, versi kelompok tertentu, padahal secara adab kita masih menjadi evaluasi orang lain.
Berkaca pada diri itu lebih baik. Apakah sudah berbuat baik atau belum? Apakah tingkah dan perilaku kita sudah tepat? Apakah gaya personality kita tidak menjadi perbincangan negatif bagi orang lain? Walaupun semua penilaian manusia itu tidak penting, tapi setidaknya bisa menjadi koreksi dan introspeksi bagi diri, supaya bisa menjadi lebih baik.Â
Jadilah versi terbaik yang selalu berbuat baik dengan selalu menjaga adab dan ilmu demi kepentingan bersama.Â