Mohon tunggu...
Lusiana Roamer
Lusiana Roamer Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hidup harus bermanfaat dan berguna untuk orang banyak. Berbuat ikhlas tanpa alasan..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apa Jadinya Ketiga Pendidik Tidak Konsisten dengan Waktu?

6 Oktober 2023   14:24 Diperbarui: 6 Oktober 2023   14:26 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah salah satu komponen terpenting dalam kehidupan ini. Orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, dan sekolah adalah fasilitas utama dalam perkembangan pendidikan anak-anak tersebut. Orang tua dengan sukarela dan ikhlas menitipkan anak-anak mereka untuk menuntut ilmu di sekolah. Mereka menyerahkan sepenuhnya proses pendidikan anak-anak kepada pihak sekolah, dari jenjang TK/PAUD, SD, SMP, SMA/SMK, bahkan sampai pada jenjang perguruan tinggi. Semua orang tua menginginkan pendidikan yang terbaik untuk putra putrinya. Berkenaan dengan hal itu, para orang tua memilih dan mengarahkan anak-anak mereka kepada sekolah-sekolah yang menurut penilaian masyarakat adalah sekolah terbaik. Bagi para orang tua yang memiliki materi berlebih, tidak segan-segan mereka untuk mengeluarkan dana yang besar demi kepentingan pendidikan buah hatinya. Untuk itu, sekolah seharusnya dituntut memberikan pelayanan terbaik bagi siswa-siswi yang bergabung dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. 

Ada perbedaan antara sekolah negeri dan swasta. Saat ini, di sekolah negeri tidaklah dikenakan biaya apapun. Semua kegiatan operasional sekolah ditanggung oleh pemerintah. Sementara untuk sekolah swasta, mereka memasang tarif atau biaya untuk pendidikan anak-anak yang masuk ke sekolah tersebut. Karena  biaya operasional sekolah tidak ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. Pihak sekolah swasta harus bisa mengelola setiap biaya yang dibutuhkan berdasarkan anggaran rumah tangga mereka. Mungkin hal inilah yang terkadang membedakan antara lingkungan sekolah swasta dan negeri. Sebagian besar guru-guru sekolah swasta seperti berjibaku saat mendidik dan membimbing peserta didik di sekolah. Sementara guru-guru di negeri, cenderung santai dan apa adanya. Dalam arti kata, jika bisa ya dikerjakan, tapi jika tidak ya biarkan saja. Guru-guru swasta harus bekerja keras karena gaji mereka adalah berasal dari dana yang diterima dari iuran sekolah, seperti misalnya SPP. Dan untuk itu mereka dituntut untuk bersikap dan bertindak benar-benar dalam mendidik siswa-siswanya. Sementara guru-guru negeri, gaji mereka dijamin sepenuhnya oleh negara, terutama yang sudah berstatus PNS atau ASN. Begitu pula dengan yang berstatus honorer, ada dana yang dianggarkan untuk menggaji mereka. 

Lantas kenapa masih saja ada yang tidak konsisten dengan profesi mereka?

Saat anda memilih profesi seorang guru, baik negeri maupun swasta, tanggungjawabnya tetap sama. Tidak usah berkaca darimana perolehan gaji yang didapatkan, tapi tetap fokus pada tugas yang diberikan. Guru-guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa lho.. Tapi apa jadinya jika dalam proses tersebut anda lalai dalam menjalankan kewajiban? Ketika kita memilih suatu profesi, lakukanlah yang terbaik. Niatkan bahwa apapun yang dilakukan adalah demi kebaikan dan dalam rangka mencerdaskan anak-anak bangsa. Apa jadinya jika guru sering mencuri-curi waktu untuk meninggalkan kelas? Bagaimana dengan ilmu anak-anak jika materi yang diajarkan tudak sesuai prosedur dan standar pendidikan yang ada?

Sekolah bukanlah ajang untuk berpolitik. Sekolah adalah tempat sharing ilmu dan pengetahuan, mendidik anak-anak dari tidak tahu menjadi tahu. Menjadikan mereka sebagai anak-anak bangsa yang kelak berguna bagi negara Republik Indonesia. 

Sangat disayangkan jika justru terjadi persaingan tidak sehat antar guru. Misalnya mereka saling menjatuhkan, tidak beretika, dan bahkan sulit berkomunikasi antar sesama guru, bahkan mungkin ada yang merasa paling pintar dari yang lainnya, sehingga tanpa disadari itu dijadikan alat untuk mengatur suatu kebijakan yang bukan kewenangannya. Atau bahkan mungkin guru sering mangkir dari kelas dengan alasan yang tidak jelas. Kelas diabaikan begitu saja, dan siswa tidak diberikan waktu yang seharusnya untuk mendapatkan pengajaran dari guru.

Guru adalah pilar pendidikan. Ketika guru malas, dikhawatirkan akan berimbas pada anak didiknya. Ketika guru tidak lagi konsisten, dengan tugas dan tanggungjawabnya, mau dibawa kemana arah pendidikan saat ini? Guru, adalah sosok yang harus bisa digugu dan ditiru. Yang menjadi percontohan dan role model bagi siswanya. Orang tua mempercayakan anak-anaknya untuk dididik dan diarahkan, bukan untuk mengikuti perilaku dan tingkah gurunya yang tidak seharusnya. Akan sangat fatal juga ketika sang guru mengajarkan materi yang salah kepada anak didiknya. Karena itu akan berimbas pada masa depan mereka. Ketika mengajarkan hal yang salah, sang peserta didik akan terus melakukan kesalahan juga, sesuai yang diajarkan.

Guru yang profesional adalah guru yang konsisten menjalankan tugasnya, memiliki kompetensi keahlian sesuai bidangnya, dan iklahs mendidik anak-anak didiknya. Serta guru yang tidak hanya sekedar datang ke sekolah menjalankan kewajibannya tanpa memilik rasa tanggung jawab sepenuhnya. 

Jadilah guru yang bijak, yang bisa menilai semua persoalan hidup ini secara logika tanpa mengedepankan emosi dan ambisi.

Selamat hari guru sedunia...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun