Mohon tunggu...
Lusi Munalisa
Lusi Munalisa Mohon Tunggu... Editor - OK

Don't expect more of me

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Profesi Boleh Biasa, Semangat Harus Luar Biasa

29 Desember 2020   22:37 Diperbarui: 29 Desember 2020   22:49 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tukang sampah, profesi yang hanya di pandang rendah oleh sebagian orang. Namun tidak banyak orang mengira bahwa menjadi seorang tukang sampah adalah pekerjaan yang mulia. Itulah profesi yang sampai saat ini masih dijalani Usman. Ayah dari dua orang anak  ini sudah 10 tahun menjadi tukang sampah di kantor Kejaksaan Banda Aceh. Pekerjaan biasa yang sehari-hari dijalani oleh Usman dengan penuh rasa tanggung jawab dan juga ikhlas membuatnya sama sekali tidak berkecil hati.

Lelaki kelahiran Aceh Besar ini setiap bulannya mendapatkan penghasilan sekitar Rp.800.000. Walau dengan gaji yang cukup kecil itu, Usman tetap menerimanya dengan penuh rasa syukur dan lapang dada. 

Ia selalu menganggap bahwa ‘’Apabila pekerjaan selalu dijalani dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah’’. Dengan hadirnya dua orang anak dalam keluarga sederhananya, Usman semakin merasa bertambahnya beban yang harus dipikulnya. 

Anak Usman yang pertama sudah berumur 8 tahun yang mana seharusnya sudah memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar tahun ini, akan tetapi karena keadaan keluarga mereka yang kekurangan menjadikan anaknya tidak dapat bersekolah layaknya anak seusianya. Dan anaknya yang kedua masih kecil yaitu berumur 2 tahun sehingga  memiliki banyak kebutuhan yang perlu dipenuhi. 

Dengan kondisi ekonomi yang kekurangan ini, mengharuskan Usman untuk pintar-pintar mengatur pengeluaran yang diperlukan keluarganya agar semuanya kebagian.

Selain karena panggilan, alasan lain mengapa Usman memilih bekerja sebagai tukang sampah karena tidak ada pekerjaan lain yang menerima dirinya untuk dapat bekerja di tempat-tempat yang layak sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya. 

Namun, Sekali lagi Usman tetap bersyukur. Ia mengingat masih banyak orang diluar sana yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan bergantung hidup dengan orang lain. Ayah dari dua orang anak ini tetap merekahkan senyum manisnya sembari menjalani pekerjaannya.

Semua pekerjaan pasti ada hambatannya, hal itu juga sering dialami oleh Usman. Menjalani profesi sebagai tukang sampah tidak membuat Usman terbebas dari berbagai hambatan dan masalah. 

Terkadang ada beberapa karyawan atau pekerja di kantor tersebut yang membuang sampah non organik sembarangan, sehingga Usman harus mengutip dan membersihkannya hingga tuntas. Ini merupakan sebuah cerminan dari masyarakat yang masih belum peduli dengan lingkungan di sekitar tempat mereka dan kurangnya rasa tanggung jawab. 

Kebersihan lingkungan bukanlah hanya menjadi tanggung jawab tukang sampah seperti Usman saja, namun tanggung jawab kita bersama. Hal ini masih belum dipahami oleh banyak orang, padahal kebersihan adalah untuk kenyamanan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun