Mohon tunggu...
nuah sembiring
nuah sembiring Mohon Tunggu... -

Pensiunan BUMN

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Harapan Model Debat Capres/Cawapres Tanggal 15 Ini dan Berikutnya

11 Juni 2014   23:06 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:11 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lay out

Persiapan panggung termasuk menempatkan pasangan Capres berdiri menghadap penonton/pemirsa, sementara moderator berdiri agak serong menghadap peserta sehingga tidak membelakangi penonton. Pasangan Capres dan moderator menggunakan mike model wireless. Di area penonton tidak ada mike kalau memang tepuk tangan penonton dianggap mengganggu pemirsa televisi. Jadi penonton dan pemirsalah yang menjadi target utama melalui mekanisme per- debat-an, namanya juga kampanye.

Take

Segera setelah jam debat tiba, moderator menyampikan salam dan sedikit basa basi diikuti pembacaanTata Tertib yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Diharapkan perdebatan akan lancar karena semua, terutama pasangan Capres, akan mematuhi Tata Tertib. Dengan demikiantidak perlu ada interupsi-interupsi ditengah jalan selama pasangan Capares berbicara. Namun demikian, namanya juga manusia, bila moderator melihat ada pelanggaran Tata-Tertib , semprit saja pake peluit dan kalau pelanggarannnya agak serius bisa ‘Time out’ untuk konsolidasi untuk kemudian perdebatan dilanjutkan.

Tugas moderator yang utama adalah mengendalikan ‘kelancaran’ debat, seperti layaknya polisi lalulintas di perapatan yang nggak ada traffic lite nya. Mengendalikan arus informasi dari-dan-ke para pihak yg berdebat sambil berusaha dengan ‘talentanya’ membangun ‘suasana’ debat yang kondusif dan menarik. Debat yang tidak matitapi ada ‘Roh’ nya.

Moderator memang bertugas mengontrol waktu. Hanya saja waktu yang dikontrol adalah waktu per session (kemaren dulu itu ada enam session), bukanlagi tiga menit pemaparan, satu menit pertanyaan/tanggapan,….tiga menit pemaparan satu menit pertanyaan/tanggapan …dst. Tapi, segera setelah moderator menyampaikan pertanyaan, langsung diikuti tanya-jawab diantara pasangan capres/cawapres. Selanjutnya, biarkan proses tanya-jawab berjalan secara natural. Biarkan kedua kubu berusaha meyakinkan masyarakat menurut cara dan gayanya masing-masing. Dengan demikian peserta tidak bicara dalam keadaan tertekan sehingga terkesan terburu buru. Suasana yang rilex dan kondusif akan memberi kesempatan peserta berbicara secara jelas dan terukur sehingga rakyat pun jelas mendengarnya. Bahakan statement –statement yang sebelumnya dirasa kurang pas atau kurang lengkap bisa direvisi untuk memperjelasnya, menekankannya. Dst. Hanya saja bila ada pelanggaran Tata-Tertib debat, moderator bisa ‘semprit’ pake pluitan kalau perlu. Dan kalau pelanggaran agak berat bisa dihentikan untuk konsolidasi. Perdebatan langsung kubu-ke-kubu sangat menarik ditonton. Ini kesempatan rakyat menilai pemimpinnya.

Pertanyaan pertanyaan yang diajukan moderator sebaiknya singkat, padat dan mudah dimengerti baik oleh para kandidat maupun rakyat yang mendengar. Pertanyaan-pertanyaan yang terlalu akademis sifatnya akan kurang dipahami sebagian besar orang (saya kira). Keterlibatan masyarakatpun jadi berkurang.

Penonton diarena debat bebas untuk tepuk tangan. Sebab kalau tepuk tangan terjadi karena pernyataan yang sangat kena dengan hati penonton kan bagus. Bagus untuk peserta debat dalam rangka memberi semangat,juga bagus untuk rakyat dalam rangka proses penilaian. Sebaliknya tepuk tangan yang dipaksakan karena sekedar keberpihakan atau nggak jelas apa yang ditepukin kayaknya hanya akan menurunkan wibawa debat itu sendiri. Padahal ini debat para pemimpin bangsa!

Cut

Saya percaya debat yang baik dan benar dapat merubah pandangan orang terutama bagi pemilih pemula dan golongan yang sampai saat ini belum menentukan pilihan (30%?). Isi debat mememang penting tapi mengingat sejarah kampanye maka penampilan para calon diatas panggung sangat besar pengaruhnya terhadap masyarakat pemilih. Debat yang baik dan meyakinkan dapat mengurangi golput saya kira. Jangan hanya karena sentiment atau perasaan saja orang memilih tapi memilih demi cita-cita mulia bangsa ini yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dengan demikian menyajikan debat yang benar dan baik menjadi suatu kewajiban bukan pemantes kampanye.

End

Arena debat ini hendaknya dapat memberi kesan kepada orang banyak bahwa ini bukan permusuhan antara dua kubu tapi pertemanan dalam lomba menawarkan diri sebagai pemimpin bangsa ini. Jadi fanatisme seperti dalam pertandingan bola dibanyak tempat tidak terjadi.Para pendukung’ tidak berubah jadi ‘gang’ fanatik seperti abang becak yang berkelahi mempertahankan calonnya atau warga yang menikam temannya sehabis ‘nobar’ (nonton bareng) debat capres/cawapres yang lalu.

Menampilkan sebuah perdebatan yang baik antara calon pemimpin nasional akan menjadi contoh bagi masyarakat bagaimana perdebatan harusnya dilakukan. Kita jenuh juga melihat orang orang yang terlihat di televisi yang dia kira dia sedang berdebat padahal dia bicara sendiri, karena pihak lawan juga sedang bicara, ngotot lagi.Tidak ada yang mendengar dua-dua bicara!

Semoga jaya bangsaku, Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun