Seluruh pakar kesehatan di berbagai Belahan Dunia melakukan analisis yang mendalam terhadap virus SARS-Cov 2 ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada maret lalu menyampaikan perkembangan bagaimana virus ini bisa menyebar.
Penularan virus corona ini memang sangatlah pesat. Menurut data ilmiah, penuluran terjadi karena adanya kontak antara manusia satu dengan yang lainnya. Sehingga kita harus selalu menjaga jarak saat berkomunikasi dengan orang dilingkungan kita. Kemungkinan penularan virus tergantung dari jumlah virus yang dikeluarkan oleh pasien terdampak virus corona itu sendiri, bagaimana kontak itu terjadi dan berapa lama kontak itu terjadi, serta keadaan diri seseorang.
Dalam Hal ini, virus corona SARS-Cov 2 memang telah merenggut jutaan nyawa manusia dari berbagai penjuru dunia. Bukan hanya kerugian dibidang nyawa saja, tetapi kerugian di bidang ekonomi dan di berbagai bidang di suatu negara pasti aku mengalami penurunan. Contoh bidang yang mengalami kerugian kecuali bidang ekonomi adalah Pendidikan. Di Indonesia sendiri bidang pendidikan mengalami kerugian yang bukan hanya materi tetapi kerugian dalam hal belajar mengajar, dari tidak adanya tatap muka antara siswa dengan guru, penyampaian materi yang kurang maksimal, dan lain sebagainya. Sehingga indikator hasil belahar yang telah ditetapkan oleh kementerian tidak bisa dimaksimalkan.
Sistem pembelajaran di Indonesia ini dikarenakan akibat pandemi virus corona dilakukan secara daring ( dalam jaringan ). Rata rata menggunakan aplikasi zoom meeting. Sehingga proses belajar mengajar dilakukan tatap muka akan tetapi secara virtual.
Sistem belajar ini sangatlah tidak maksimal, sebab apa? Sebab seluruh siswa tidak maksimal dalam memperhatikan, suasana antara belajar mengajar langsung dan dirumah itu berbeda, pengawasan orang tua dengan guru pengajar jelas berbeda perlakuannya. Sehingga bukan tidak mungkin siswa bahkan bisa saja tidak memperhatikan sama sekali. Untuk Pelajaran yang harus dilakukan praktek tidak akan bisa dilaksanakan jika dalam situasi daring. Tidak mungkin praktek yang seharusnya dipandu oleh seorang guru malah siswa mengerjakan praktek itu sendiri tanpa panduan siapapun.Â
Praktek di dalam suatu pelajaran sangat penting untuk mengasah otak siswa dalam hal imajinasi, keaktifan siswa, bahkan dalam hal sosial antar siswa satu dengan yang lainnya. Tetapi jika hal tersebut dilakukan dalam situasi daring, maka hal itu tidak bisa dilaksanakan. Jika praktek dalam daring dilakukan, bisa saja hasil praktek bukan dilakukan oleh siswa maupun oleh orang tua siswa. Dalam pembelajaran sistem daring pun siswa juga pasti akan merasa sangat jenuh karena siswa tidak bisa berinteraksi langsung dengan guru dan teman temannya, siswa hanya monoton melihat layar mengajar.
Memang, pandemi virus corona ini berbahaya akan tetapi tidak semua daerah dalam zona yang sama. Jika sekolah dalam zona merah, tidak mengapa lah dilakukan sistem daring. Akan tetapi jika siswa dalam zona kuning bahkan hijau seharusnya dilakukan secara tatap muka langsung agar pembelajaran lebih efektik.Â
Untuk sekolah di daerah zona kuning, juga bisa dilakukan dengan sistem penggabungan tatap muka dan daring. Jadi siswa dibentuk kelompok terdiri dari 3 - 4 orang yang rumahnya berdekatan. Maka sistem belajar tetap daring akan tetapi nanti seorang guru melakukan cek and ricek ke rumah siswa untuk memantau langsung secara bertahap dengan memperhatikan protokol kesehatan. Jadi seorang guru hanya melakukan pemantauan ke rumah siswa 1-2 jam saja dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan. Sehingga dengan sistem penggabungan, mungkin siswa akan lebih aktif dan pembelajaran akan lebih efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H