Mohon tunggu...
Luqman Hasan, Dr.
Luqman Hasan, Dr. Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

General Practitioner - Writing lover

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kesetiaan Pasien pada Dokternya

26 Agustus 2012   04:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:19 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini banyak sekali pasien yang berpindah-pindah dari dokter satu ke dokter lainnya. Sepertinya banyak dari pasien ingin cepat merasakan efek terapi dan akhirnya sembuh. Memang syah-syah saja apabila pasien memilih-milih dokter, tetapi hal tersebut memiliki efek tersendiri bagi pasien.

Manusia adalah mahluk yang kompleks, bukan robot atau mesin yang relatif lebih mudah untuk diperbaiki. “Memperbaiki” manusia tidak sesimpel yang dibayangkan. Dari tingkat selular sampai hubungan antar sistem organ merupakan proses yang saling berhubungan, dan apabila terjadi penyakit…… belum tentu dapat diobati dengan mudah.

Seperti halnya petani membasmi hama di ladang dengan menggunakan insektisida (misalnya), dokter pun memiliki pertimbangan dalam membasmi penyakit pada pasien. Perlu diketahui, terapi memiliki tingkatan tersendiri, dari mulai lini pertama sampai lini terakhir. Contoh kasus, apabila pasien radang tenggorokan karena infeksi, dokter harus mempertimbangkan apakah kuman penyebab infeksi tersebut mati dengan pemberian obat lini pertama atau tidak. Apabila obat lini pertama tidak mempan, maka dokter akan menambah dosis atau mengganti dengan obat lini kedua. Hal tersebut dilakukan agar terapi yang diberikan rasional dan efektif. Apa jadinya bila dokter langsung memberikan terapi lini kedua, memang penyakit cepat teratasi, namun efek samping akan muncul dan dapat berpotensi fatal. Seperti halnya petani apabila membasmi hama dengan BOM, hama mati, ladang pun ikut mati.

Salah satu etika dokter mengajarkan untuk selalu berbuat baik pada pasien (beneficence) dan tidak mencelakakan pasien (non-maleficence), oleh karena itu hendaknya Anda mempercayakan terapi pada dokter seperti halnya Anda percaya kepada pasangan anda.^_^  Apabila terapi yang diberikan dokter tidak berefek, datanglah untuk berkonsultasi kembali kepada dokter anda, jangan dulu berpindah ke dokter lain, karena kemungkinan besar dokter kedua ataupun dokter ketiga memberikan terapi yang sama dengan dokter pertama. Dengan kata lain, penyakit anda akan lebih lama dan lebih sulit untuk disembuhkan. Dan hendaknya anda memiliki dokter pribadi yang mengetahui seluk-beluk riwayat penyakit anda, agar pengobatan lebih efektif dan efisien. Tetapi apabila Anda tidak cocok dengan dokter anda (karena kendala komunikasi misalnya), silakan temui dokter yang lain setelah penyakit anda pulih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun