Dusun Banyunganti merupakan salah satu dusun yang menjadi bagian dari pemerintahan Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Secara geografis, kondisi tanah Banyunganti merupakan tanah lempung dan tanah bebatuan. Luas wilayah dusun sekitar 150 ha dan berada di ketinggian ±600 mdpl. Kemiringan lereng didominasi oleh lereng curam. Secara administratif Dusun Banyunganti berbatasan langsung di utara dengan Dusun Sokomoyo, di barat dengan Kabupaten Purworejo, di selatan dengan Dusun Gunungkelir; Dusun Kembang; dan Dusun Pringtali, di sebelah timur dengan Dusun Sumberejo.
Potensi sumber daya alam di Dusun Banyunganti terdiri atas wisata alam, perkebunan, dan hasil hutan. Wisata alam yang telah dikelola dan sedang dikembangkan antara lain Mata air Kuncung Mas dan Ekowisata Sungai Mudal. Jenis tanaman perkebunan yang ditanam oleh petani antara lain: cengkeh, kopi, kakao, vanili, dan kelapa. Jenis tanaman hasil hutan yang banyak ditemui yaitu bambu apus, pohon aren, dan kayu-kayuan.
Pohon Kelapa paling banyak dijumpai dan dimanfaatkan dengan mengambil buahnya yang masih muda maupun yang sudah tua. Air nira dari bunga kelapa disadap untuk dibuat menjadi Gula Batok dan Gula Semut. Kegiatan menyadap nira kelapa menjadi kegiatan sehari-hari sebagian besar warga disamping panen tanaman tahunan. Kegiatan ini juga terus menjadi penggerak ekonomi warga setempat.
Permen semut merupakan penamaan produk kreasi berdasarkan pengalaman dan situasi di Dusun Banyunganti. Permen semuat dibuat dengan bahan baku utama berupa Gula Semut. Gula Semut dibuat dari nira dengan bentuk serbuk atau kristal dan berwarna kuning hingga kecoklatan.
Gula semut memiliki kelebihan antara lain lebih mudah larut, daya simpan lebih lama (sekitar 1 tahun) karena kadar air kurang dari 3% dibanding gula batok yang hanya 2-6 minggu, lebih praktis, lebih fleksibel pengemasanya serta bisa diperkaya dengan jahe dan rempah-rempah lainya. Penggunaan gula semut juga cukup luas sebagai pemanis minuman, kue, roti dan sebagainya (Zuliana, 2016).
a. Bahan baku yang digunakan ialah gula kelapa cetak diiris halus untuk memudahkan pelarutan
b. Bahan tambahan yang digunakan adalah Natrium bikarbonat (NaHCO3) dan airÂ
c. Bahan baku dan bahan tambahan tersebut dituang ke dalam panci blirik kecil kemudian dimasak dengan suhu pemanasan 110(±6)ºC
d. Pemasakan dianggap selesai apabila tetesan larutan gula kelapa bila dimasukkan ke dalam air berbentuk gumpalan atau serabut gula
e. Bahan yang berada dalam panci ditambahkan gula sukrosa dan kemudian terus diaduk perlahan-lahan selama ± 10 menit
f. Pengadukan diulangi dengan cepat memakai pengaduk kayu untuk memperoleh butiran-butiran kristal
g. Pengeringan dengan pengering kabinet 45°C selama ± 1 jam
h. Lakukan pengayakan 20 mesh untuk memperoleh kristal yang seragam
i. Kemudian dikemas dalam kantong plastik.
Berikut adalah tahapan pembuatan permen semut :
1. Campur gelatin dengan air panas secara perlahan ,lalu tambahkan natrium benzoat . Diamkan.
2. Siapkan fruktosa dalam wajan lalu tambahkan gula semut dan air lalu panaskan hingga 110 celcius
3. Tambahkan asam sitrat pada suhu 110 celcius
4. Panaskan hingga 120 celcius
5. Matikan api
6. Masukkan gelatin ,aduk hingga cair dan rata
7. Tambahkan essense dan tuang kedalam cetakan
8. Tunggu +- 24 jam.
9. Potong kecil-kecil menjadi butiran permen.
10. Lulurkan gula halus pada setiap butir permen.
Di masa depan, permen semut dapat dijadikan alternatif produk olahan khas daerah dan pendukung pariwisata sebagai oleh-oleh dari Dusun Banyunganti. Hal ini bukan hanya sebagai angan-angan semata karena inisiasi dari kegiatan pengabdian masyarakat dapat terus dilanjutkan. Nilai tambah lain dari produk wisata ini adalah kemasan produk dapat menggunakan bahan alamiah seperti bambu yang banyak dijumpai di daerah setempat. Nurviana dkk (2012) menyatakan bahwa kemasan produk dengan ciri khas daerah sebagai oleh-oleh daerah wisata dapat meningkatkan nilai penjualan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tradisional tidak selalu tidak menarik karena olah pikir dan kerja manusia selalui bernilai lebih di mata pengunjung wisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H