Pada pagi hari, pukul 06.30, matahari bersinar terang, menerangi setiap sudut Camp Kennedy. Namun, udara tampaknya tidak mau berkompromi, ia tetap memasang termostatnya ke suhu yang dingin.
Selasa, 24 September 2013, aku bangun pagi dengan malas. Aku memasuki Katanning Hall—aula di Camp Kennedy—untuk sarapan.
Kami melakukan berbagai aktivitas menarik, salah satunya adalah scavenger hunt. Scavenger hunt adalah sebuah permainan di mana kita harus menemukan setiap objek yang sudah ditentukan oleh panitia. Objek-objek tersebut bisa bermacam-macam, mulai dari benda, bangunan, penampakan alam tertentu, bahkan manusia. Objek tersebut ada yang mudah ditemukan, ada juga yang sulit ditemukan. Terkadang, kita juga harus berpikir untuk menentukan objek apa yang dimaksud di dalam soal.
Pukul 12.30, waktunya makan siang! Ternyata, di atas meja prasmanan ada menu yang sangat Indonesia, nasi goreng! Serasa ada di Indonesia. Tidak hanya nasi goreng, ada mi goreng juga tersaji di atas meja tersebut.
Melihat ada nasi goreng dan mi goreng, aku sangat bersemangat untuk makan. Aku mengambil porsi besar nasi goreng yang aku campur dengan mi goreng, atau biasa disebut magelangan. Rasanya enak sekali. Bahkan, aku lanjut sarapan dengan mengambil porsi besar berikutnya.
Kegiatan berlanjut dan akhirnya tibalah waktu untuk makan malam. Setelah menyantap hidangan makan malam, aku ditugasi mencuci piring. Sudah ada seorang tua yang masih sibuk mencuci piring yang digunakan para peserta perkemahan. Aku pun segera membantunya. Seperti biasa, aku mencuci piring dengan gaya orang Indonesia yang menggunakan cukup banyak air. Setelah membersihkan piring dengan sabun, aku membilasnya dengan air. Orang tua itu berteriak, “Stop! Berhenti!”
Aku kaget bukan kepalang, hampir saja aku menyipratkan air dengan busa sabun cuci piring kepadanya. Ternyata, ada perbedaan cara mencuci piring di Indonesia dan di Australia. Aku bertanya, “Mengapa Anda memberhentikan saya, Pak?”
Ia menjawab, “Cara mencuci piringmu tidak benar. Lihat aku, akan kutunjukkan bagaimana cara mencuci piring yang benar.”
Pertama, ia menyumbat dasar bak cuci piring lalu memenuhi seisi bak dengan air hangat. Kedua, ia mencampurkan sabun cuci piring ke dalam bak cuci piring itu. Ketiga, ia langsung mencelupkan piring kotor ke dalam bak cuci piring tersebut lalu menggosok piring tersebut agar minyak, sisa makanan, dan kotoran hilang. Keempat, piring tersebut langsung dilap dengan kain bersih. Selesai sudah rangkaian cara mencuci piring yang diajarkan orang tua tersebut.
Aku pun bertanya, “Mengapa Anda langsung mengelap piring yang masih penuh busa sabun cuci piring?”
Ia menjawab, “Kami, orang Australia, mencuci piring dengan air yang bisa langsung diminum. Apabila kami memboroskan air siap minum tersebut, kami mau minum memakai air apa?”