Kamu pernah melihat orang yang melakukan hal yang sama secara repetitif atau berulang kali? Contohnya, ada orang yang ketika mengunci pintu rumah, ia merasa harus mengecek hingga tiga kali atau bahkan lebih. Contoh yang lain adalah cuci tangan berkali-kali karena ia merasa tangannya masih belum cukup bersih.
Hal-hal yang telah saya sebutkan di atas merupakan pikiran dan ketakutan yang tidak masuk akal (obsesi) yang menyebabkan perilaku repetitif (kompulsi). (1a) Ini merupakan tanda dari Obsessive-Compulsive Disorder (OCD).
Menurut National Institute of Mental Health (NIMH) dan American Psychiatric Association (APA), OCD merupakan disorder pada orang yang memiliki pikiran berulang (obsesi) yang membuat mereka merasa harus melakukan sesuatu secara berulang (kompulsi). (2a)(3a) Perilaku ini dapat memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan kita.
Saya akan membahas OCD dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang ilmiah dan sudut pandang pribadi. Obsesi adalah pikiran berulang yang menyebabkan kecemasan. (2b) Gejala-gejala yang lazim timbul antara lain:
- Takut terkena kontaminasi, contoh: cairan tubuh seperti urine atau feses, kuman/penyakit, kontaminan lingkungan, bahan kimia rumah tangga, serta kotoran (4a)
- Pikiran terlarang atau tabu yang tidak diinginkan, termasuk seks, agama, dan kekerasan
- Pikiran agresif terhadap orang lain atau diri sendiri
- Menempatkan barang-barang secara simetris atau teratur dengan sempurna
Kompulsi adalah perilaku berulang yang orang dengan OCD merasa harus melakukan dalam menanggapi pikiran obsesif. (2c) Gejala-gejala kompulsi yang sering timbul antara lain:
- Cuci tangan atau membersihkan barang secara berlebihan atau dengan cara tertentu (4b)
- Menata dan mengatur barang-barang dalam cara khusus dan tepat
- Pengecekan berulang, seperti mengecek apakah pintu rumah sudah terkunci atau belum
- Penghitungan berulang supaya berakhir dalam angka yang dianggap "benar" atau "aman"
- Mengulang pertanyaan atau perkataan untuk mendapat keyakinan
Ya, kita juga akan mengecek ulang beberapa hal apabila sedang mengerjakan sesuatu agar tidak terjadi kesalahan. Akan tetapi, sebagai catatan, orang dengan OCD secara umum tidak mampu mengontrol pikiran dan perasaan mereka serta tidak merasa puas saat melakukan perilaku tersebut, namun mungkin merasa lega dari kecemasan yang ditimbulkan pikiran tersebut. (2d)
Gejala OCD dapat timbul-tenggelam, membaik, atau memburuk seiring waktu. Orang dengan OCD bisa mengatasi gejala tersebut dengan menghindari aktivitas yang memicu perilaku kompulsif. (2e) (4c)
Faktor risiko dalam OCD bermacam-macam, antara lain: (1b)
- Faktor genetika. Gen tertentu yang memengaruhi perkembangan otak dapat memicu timbulnya OCD.
- Ketidaknormalan pada otak. Hal ini melibatkan serotonin yang tidak seimbang pada otak orang dengan OCD. Serotonin digunakan untuk komunikasi di dalam sel-sel otak.
- Kepribadian seseorang. Orang yang teliti, rapi, dan disiplin cenderung memiliki risiko besar untuk menderita OCD.
- Lingkungan, trauma atau kejadian penting dalam hidup. Hal ini dapat terjadi setelah orang dengan OCD mengalami perundungan (bullying) atau setelah persalinan. (2f)
Pada orang dengan OCD, pikiran logis mereka tetap berfungsi, bahkan ketika pikiran OCD mereka berputar di luar kendali. (5a) Kebanyakan orang dengan OCD tahu bahwa pikiran dan perilaku mereka irasional dan tidak masuk akal, akan tetapi mereka tidak mampu menghentikannya, seringkali dari ketakutan bahwa tidak melakukan suatu aktivitas tertentu akan berdampak buruk kepada orang terdekat mereka. Tidak peduli seberapa kecil risikonya, orang dengan OCD akan merasa bertanggung jawab mencegah hal buruk itu terjadi.
Keraguan adalah bahan bakar OCD. Keraguan adalah emosi yang memicu perilaku obsesif dan kompulsif dan ketidakmampuan untuk hidup dengan keraguan dan ketidakpastian inilah yang mendorong OCD. Orang dengan OCD lebih menyukai jawaban yang hitam-putih untuk OCD mereka, daripada menerima wilayah abu-abu. (5b)
Bagi orang dengan OCD, beberapa langkah pengobatan yang bisa dilakukan antara lain: (1c)(6)
- Pergi ke dokter atau layanan terapi psikologis.
- Terapi perilaku kognitif (CBT) yang dapat membantumu mengurangi kecemasan dengan mengubah caramu berpikir dan berperilaku.
- Penggunaan obat-obatan.
Saya masih mencari bentuk pengobatan yang mampu mengobati OCD. Saya pernah mengikuti hipnoterapi yang mengelola cara berpikir dan berperilaku saya, akan tetapi belum benar-benar menyembuhkan disorder tersebut.
Saya pernah merasa bahwa OCD ini terjadi bukan tanpa sebab, pasti ada penyebab di balik adanya disorder tersebut. Berusaha berdamai dengan masa lalu adalah salah satu alternatif untuk meredam gejala tersebut. Saya percaya bahwa gejala OCD akan hilang dan sembuh seperti sediakala untuk dapat hidup dengan bahagia, karena saya yakin bahagia adalah hak segala manusia.
Referensi:
1. Alodokter. OCD (Obsessive Compulsive Disorder). n.d.
2. National Institute of Mental Health. Obsessive-Compulsive Disorder.
3. American Psychiatric Association. What Is Obsessive-Compulsive Disorder? n.d.
4. International OCD Foundation. About OCD. n.d.
5. OCD-UK. Understanding Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). n.d.
6. NHS. Obsessive compulsive disorder (OCD). n.d.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H