Lalu bagaimana?
Mengamini apa yang dikatakan Edward Spencer Cowles, Khalid menegaskan bahwa perubahan walaupun tidak seberapa, akan menuai hasilnya. Paling penting pengobatannya haruslah dimulai dari dalam. Khalid tidak setuju bila dikatakan bahwa "nilai-nilai kerohanian memberikan kelegaan orang Timur walaupun di tengah kemiskinan dan kekurangan. Dan nilai-nilai material meluluh-lantakkan orang Barat walaupun di tengah kemegahan dan kemajuan."
Padahal menjadi pribadi yang beriman dan kaya itu bisa. Perlu pribadi yang bebas untuk dapat menetapkan pilihan. "Mending miskin masuk syurga, daripada kaya masuk neraka" adalah hidangan logika yang pahit. Khalid lebih suka mengatakan "spiritualisme membawa kita melihat ke langit, materialisme membawa kita belajar melihat ke bumi".
"Al-khubzu huwa al-salam", tulisnya pada Bab berikutnya. Makna metaforisnya bukan "kalau mau menang, pastikan rakyat kenyang". Tapi tepatnya sebuah ajakan moral pada kaum beriman, "bila kita ingin menjaga kedamaian, maka perlu peradaban". Agama mengarahkan umat manusia kepada terwujudnya peradaban agung rahmat bagi semesta, yang jelas tidak mungkin tercipta kecuali turun tangan kita bersama demi mencurahkan optimal dan maksimlanya pengabdian pada Allah ta'ala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H