Riuh Candu Purnama
Oleh: Luqi Intalia
Bersama gulita yang masih merapal elegi dengan fasih
Larutan netraku mengalir menyelami hawa perkabungan
Bergilir menjamu mesra dialegtika  yang pernah bersua
Dibawah purnama yang bengisnya menjampi ruang bahagia mesra
Kala itu, Â terpilas sandiwara renjana
Hanguskan aksara; termaktub isak haru masa lalu
Berayun selaksa pisah menjadi palsu yang tabu
Meramu derap romansa semanis candu bahtera
Purnama tak jua menjura
Manis temaram malam itu;
Masih biaskan paras tampan-mu
Pada puing kayu berderet rapi; sosokmu masih terpatri
Menjadi saksi; pengukir abjad harsa yang kau eja
Masih terdawam di riwayat cendikia
Menjejal tawa; bersenandung semanis harsa
Kini hanyut; lapuk terseret usainya masa
Pada ruam temaram purnama
Yang riuh lajunya semanis hamparan bintang
Rasaku kian menggelora
Bahwa mengenangmu; adalah hal termanis dalam rasa KERINDUAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H