Mohon tunggu...
Luqi Aditya
Luqi Aditya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Yogyakarta

Luqi Aditya Wahyu Ramadan, bisa dipanggil Luqi, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Angkatan 2022.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Majapahit: Penyebab Mitos Perempuan Sunda Tak Boleh Menikah dengan Jawa

8 Agustus 2024   10:38 Diperbarui: 8 Agustus 2024   10:44 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal keruntuhan Kerajaan Majapahit ditandai dengan perang Bubat. Perang ini adalah perang antara Kerajaan Sunda dan Majapahit. Peristiwa Bubat terjadi pada masa Kerajaan Majapaiht memsuki periode pemimpin yang ke-4. Pada saat itu Kerajaan ini dipimpin oleh Raja yang bernama Hayam Wuruk dan Patihnya Gajah Mada. Perang ini menjadi tragedi yang dampaknya bisa dirasakan sampai saat ini, yaitu renggangnya persaudaraan antara Suku Jawa dan Sunda.

Peristiwa kelam ini bermula saat Hayam Wuruk yang masa itu masih lajang ingin menikah dengan Putri Kerajaan sunda yang bernama Dyah Pitaloka Citraresmi. Ketertarikan Hayam Wuruk pada Dyah Pitaloka ini terjadi karena beredarnya sebuah lukisa sang Putri di Majapahit. Lukisan itu dilukis oleh seniman kondang pada masa itu yang bernama Sungging Prabangkara dan pada masa itu lukisan itu beredar secara diam -- diam.

Selain karena ketertarikan hayam wuruk terhadap kecantikan Dyah Pitaloka pernikahan ini juga didasari dengan alasan politik, mengingat pada waktu itu di nusantara hanya Kerajaan Sunda yang belum bisa ditaklukan Majapahit. Hayam wuruk mengutarakan keinginannya dan meminta restu pada keluarga kerajaan untuk menikahi Diyah Pitaloka. Dengan izin yang diberikan Hayam Wuruk akhirnya mengirim surat kehormatan pada Kerajaan Sunda yang saat itu dipimpin oleh Sri Maharaja Linggabuana dengan maksud menikahi Putri Dyah pitloka.

Kerajaan Sunda menerima itikad baik dari Kerajaan Majapahit tetapi, sebenarnya sangat keberatan karena pernikahan harus dilangsungkan di Majapahit. Karena menurut adat yang berlaku pada saat itu tidak etis jika pihak pengantin perempuan yang datang pada pihak pengantin laki-laki. Selain itu muncul dugaan bahwa pernikahan ini adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang menebar kekuasaannya.

Meskipun demikian Raja Sunda tetap memutuskan untuk berangkat ke majapahit, dengan alasan karena hubungan persaudaraan lewat garis leluhur dari kedua kerajaan. Dengan percaya diri Pabhu Linggabuana berangkat bersama rombongan Sunda ke Majapahit untuk melaksanakan pernikahan antara Dyah Pitaloka dan Hayam wuruk. Sesampainya disana mereka diterima dan ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.

Acara pernikahan ini memacu niat Gajah Mada untuk menaklukan Kerajaan Sunda, hal ini dikarenakan untuk menyempurnakan Sumpah Palaanya yang sempat ia lontarkan pada saat ia secara resmi menjabat menjadi Pedana Mentri Maja Pahit. Semua Kerajaan di Nusantara sudah ditaklukan tinggal Kerajaan Sunda yang belum ia taklukan. Lalu Gajah Mada melontarkan gagasan bahwa kerajaan Sunda yang datang ke Majapahit hendaknya sebagai tindakan menyerahkan diri bukan menerima Dyah Pitaloka sebagai calon pengantin.

Gagasan Gajah Mada sebenarnya ditolak Hayam Wuruk, ia tidak mau jika acara pernikahannya menjadi agenda politik atas penaklukan Majapahit terhadap Sunda. Tetapi Hayam Wuruk tidak berdaya sebab Gajah Mada adalah patih yang diandalkan pada saat itu dan jasanya yang sudah begitu besar untuk Kerajaan Majapahit. Akhirnya tanpa persetujuan dari Hayam Wuruk Gajah Mada mengerahkan bala tentaranya ke Pasenggraha Bubat dan mengancam Prabu Linggabuana untuk takluk pada Majapahit. Demi menjaga kehormatan sebagai Kesatria dan Kerajaan Sunda, Prabhu Linggabuana menolak untuk takluk dan mengakui tunduk pada Majapahit.

Keputusan ini membuat perang Bubat Pecah. Kekuatan yang tidak seimbang dari pasukan Gajah Mada dan pasukan Sunda membuat Sunda mudah ditaklukan. Rombongan Sunda akhirnya dibantai habis oleh pasukan Gajah Mada. Prabhu Linggabuana, para Mentrinya dan Pejabat serta Pengiringnya akhirnya gugur. Peristiwa ini membuat Dyah Pitaloka sangat berduka hingga ia akhirnya memilih bunuh diri daripada melanjutkan pernikahannya dengan Hayam Wuruk. Tindakan ini diikti oleh seluruh perempun Sunda lainnya yang masih tersisa dalam rombongan. Dengan aksi bunuh diri ini mereka berharap dapat mempertahankan harga diri sekaligus melindungi kesucian mereka dari kemungkinan pemerkosaan, penganiayaan serta perbudakan oleh para tentara lawan.

Tragedi perang bubat ini membuat Raja Sunda selanjutnya Prabhu Niskalawastu Kencana memutuskan hubungan diplomatik dengan Majapahit. Bukan hanya itu, Prabhu Niskalawastu Kencana juga menerapkan isolasi terbatas dalam menjalin hubungan kenegaraan, sosial-masyarakat dengan Majapahit. Salah satu dampak dari kebijakan ini adalah larangan untuk menikah dengan masyarakat Jawa baik dari kalangan kerabat kerajaan maupun masyarakyat biasa.

Mardiyono, P. (2020). Sejarah Kelam Majapahit. Yogyakarta: Araska.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun