Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) UGM 2024 meneliti tentang pemanfaatan limbah selongsong maggot dan sekam padi untuk diolah menjadi bioplastik yang lebih mudah terurai daripada plastik konvensional. Penggunaan plastik konvensional dalam kehidupan sehari-hari telah menimbulkan dampak negatif yang serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Shen et al. (2020) telah diperkirakan pada tahun 2050, sektor plastik akan menyumbang 20% dari konsumsi minyak global dan tercapai 26 miliar ton sampah plastik pasca-konsumen yang dihasilkan dan setengahnya dibuang ke lingkungan. Sampah plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk dapat terurai dengan alami (Moshood et al., 2022).
Sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 12, tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab serta melihat potensi limbah selongsong maggot atau lalat tentara hitam (Hermetia illucens) dan limbah sekam padi menjadi landasan awal berjalannya riset ini dengan mengusung judul riset "Penambahan Kitosan Selongsong Larva Lalat Tentara Hitam (Hermetia illucens) pada Bioplastik Berbasis Selulosa Sekam Padi untuk Meningkatkan Aktivitas Antibakteri". Penelitian tersebut dilakukan oleh lima mahasiswa yaitu Affifa (Kimia 2022), Lunetta (Kimia 2021), Ezar (Teknik Nuklir 2021), Marsha (Kimia 2022), dan Dzaky (Kimia 2023) di bawah bimbingan Dr. Deni Pranowo, S.Si, M.Si. dengan nama tim "ChitoPlastics" Penelitian ini menggandeng Teaching Farm Maggot, Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM untuk pengambilan limbah selongsong maggot yang belum termanfaatkan, sedangkan limbah sekam padi diambil dari sisa penggilingan padi.
Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah menggunakan bioplastik yang berasal dari selulosa yang diekstrak dari sekam padi. Sekam padi, sebagai limbah pertanian, memiliki potensi untuk dijadikan bahan baku yang berkelanjutan. Namun, untuk meningkatkan sifat-sifat bioplastik tersebut, penambahan kitosan selongsong maggot sebagai bahan tambahan perlu dipertimbangkan (Prameswari et al., 2022).
Penelitian dilakukan sejak bulan Mei dengan melakukan persiapan tahap awal mulai dari preparasi sampel hingga tahap formulasi. Tahap formulasi meliputi tahap ekstraksi kitosan dari selongsong maggot dimulai dengan demineralisasi, depigmentasi, dan deasetilasi, sedangkan tahap ekstraksi selulosa dilakukan dengan delignifikasi dan hidrolisis. Kemudian kedua ekstrak ini digabungkan hingga menghasilkan bioplastik yang ramah lingkungan. Hasil dari penelitian ini bukan hanya akan menyediakan solusi terhadap masalah pencemaran plastik, tetapi juga membuka peluang untuk memanfaatkan limbah pertanian dan industri sebagai bahan baku yang memiliki nilai ekonomi dan dampak positif pada lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H