Coba cek semua ruangan, lemari atau rak di rumah Anda, adakah tumpukan barang-barang tidak terpakai? Apakah rumah atau kamar Anda terasa sumpek dengan barang sebanyak itu? Jika ya, mungkin Anda bisa mencoba menerapkan gaya hidup minimalis.Â
Apa itu gaya hidup minimalis?Â
Menurut Fumio Sasaki, dalam buku Goodbye Things, gaya hidup minimalis seperti yang dilakukan oleh orang Jepang adalah orang tersebut terlebih dulu harus benar-benar mengetahui apa yang penting bagi dirinya sehingga bisa mempertahankan hal-hal tersebut bagi dirinya.Â
Jadi, bisa disimpulkan bahwa bahwa gaya hidup minimalis adalah gaya hidup yang menekankan pada memiliki atau mempertahankan sesuatu yang penting, bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan.
Dengan menerapkan gaya hidup minimalis, sejatinya uang kita tidak dihabiskan untuk sesuatu yang sia-sia, seperti belanja baju baru setiap bulan, gonta-ganti gawai padahal yang lama masih layak pakai, beli skin care bejibun padahal tidak semuanya cocok di kulit dan sebagainya.Â
Gaya hidup minimalis tidak selalu identik dengan miskin atau tidak punya uang.Â
Gaya hidup minimalis justru sekaligus mengajarkan kita mengenai manajemen keuangan yang sehat. Sama halnya dengan personal finance, kunci sukses penerapan gaya hidup minimalis adalah memahami dengan baik apa itu kebutuhan dan keinginan.Â
Jika untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan saja sudah gagal, proses selanjutnya dipastikan akan gagal juga. Sebab, gaya hidup minimalis adalah seni pengendalian diri dari keinginan untuk memiliki sesuatu yang tidak penting dan bermanfaat.Â
Nah, untuk menerapkan gaya hidup minimalis, setidaknya kita dapat memulainya dari 3 aspek berikut ini.Â
1. Minimalisme dalam berpakaianÂ
Saya beberapa kali menulis dalam artikel yang lain bahwa industri fashion merupakan salah satu industri paling merusak lingkungan. Kalau Anda penasaran seberapa merusaknya industri fashion, Anda bisa baca di salah satu artikel saya berikut.Â
Alih-alih membeli baju setiap bulan, Anda bisa mengurangi intensitas pembelian baju, misalnya setiap 4 bulan, 6 bulan, setahun sekali atau hanya ketika hari raya Idul Fitri atau Natal dan Tahun Baru.Â
Belilah pakaian dengan bahan yang nyaman, tahan lama dan modelnya timeless sehingga tidak melulu harus mengikuti tren.Â
Anda juga bisa menerapkan cara circular fashion, seperti membeli pakaian di thrift shop, menjual kembali atau mendonasikan pakaian yang sudah tidak pernah dikenakan tapi masih layak pakai, memperbaiki jika masih bisa diperbaiki dan mendaur ulangnya menjadi barang lain.Â
Jika Anda berpikir bahwa untuk tampil gaya harus punya koleksi baju seabrek, dengan gaya hidup minimalis, hal itu tidak dibutuhkan. Asalkan Anda pintar memadu padankan koleksi baju atau fashion items yang Anda punya.Â
Akan lebih menguntungkan lagi kalau  Anda punya "must have item", seperti kemeja putih, kaos putih dan/atau hitam polos, blazer atau beberapa outer, denim (entah itu celana, rok atau jaket), black dress, sneakers putih karena fashion items tersebut mudah untuk dipadupadankan dengan apa saja dan hampir selalu cocok dipakai dalam segala kondisi.Â
Misalnya, kaos putih yang dipakai bersama celana jeans dan sneakers akan menciptakan gaya yang casual. Sementara kaos putih yang dipadukan dengan blazer, celana bahan dan sepatu high heels atau flat shoes akan membuat tampilan Anda terlihat lebih formal. Cari saja tutorial mix and match pakaian dengan berbagai gaya di internet kalau butuh referensi.Â
2. Minimalisme dalam konsumsi makanan dan minuman
Gaya hidup minimalis juga berarti suatu upaya untuk menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi seimbang.Â
Utamakan untuk mengonsumsi produk pangan lokal dan segar dibandingkan makanan kemasan dan produk impor. Disamping harganya yang lebih terjangkau, kita juga ikut mendukung kesejahteraan ekonomi pedagang kecil.Â
Selain itu, kita juga harus membiasakan diri untuk membeli dan mengambil makanan secukupnya. Lalu, jangan lupa untuk menghabiskannya.Â
Ingat, Indonesia adalah negara dengan jumlah sampah makanan tertinggi kedua di dunia.Â
Padahal sampah makanan punya dampak lingkungan yang tidak main-main. Bayangkan saja, dalam kurun 19 tahun (2000-2019), timbunan sampah makanan menghasilkan emisi gas rumah kaca sebesar 1.702,9 megaton setara CO2 (MtCO2e) atau sama dengan 7,29% rata-rata emisi gas rumah kaca Indonesia per tahun.Â
Sampah makanan juga menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Studi Bappenas mengatakan bahwa kerugian ekonomi akibat sampah makanan mencapai Rp 213-551 triliun per tahun atau setara dengan 4-5% PDB Indonesia.
3. Minimalisme dalam bermedia sosialÂ
Sekarang, hampir setiap orang punya media sosial (medsos), terutama anak muda.Â
Lewat media sosial, kita dapat menjalin silaturahmi dengan mereka yang jauh atau yang sudah lama tidak bersua, memeroleh informasi atau pengetahuan, menyuarakan pendapat atau keresahan, berbagi momen kebahagiaan, mencari pendapatan sampai pamer kekayaan.Â
Di media sosial, kita juga bisa temukan postingan-postingan dari yang berfaedah sampai unfaedah.Â
Nah, pertanyaannya, bagaimana menerapkan gaya hidup minimalis dalam bermedsos?Â
Medsos atau dunia maya adalah dunia yang tanpa batas. Kita tidak bisa mengatur orang mau posting apa atau bagaimana harus bersikap pada kita. Namun, kita bisa menentukan akun-akun apa saja yang menurut kita layak dan penting untuk diikuti dan yang tidak.Â
Kita juga berhak lho untuk tidak mengikuti. memblokir akun medsos teman (mantan juga boleh) atau keluar dari grup percakapan yang toxic demi ketenangan batin dan kesehatan mental yang lebih baik. Kan tidak berteman di dunia maya bukan berarti tidak berteman di dunia nyata.Â
Anda juga bisa melakukan puasa medsos selama beberapa waktu secara berkala untuk lebih fokus pada kehidupan di dunia nyata dan lebih produktif. Bahkan ada yang lebih ekstrem lagi sampai semua akun medsos di-uninstall.Â
Khusus yang terakhir ini memang tidak bisa diberlakukan untuk semua orang karena ada orang-orang yang pekerjannya berhubungan erat dengan medsos.Â
Wasana Kata
Gaya hidup minimalis adalah gaya hidup yang menekankan pada memiliki dan mempertahankan sesuatu yang penting, bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan kita. Gaya hidup ini bermanfaat, baik bagi kesehatan finansial, fisik dan mental maupun lingkungan.Â
Keuangan kita bisa lebih terkendali karena tidak membeli barang-barang yang tidak diperlukan.Â
Kita juga dapat menghemat waktu, tenaga dan pikiran untuk merawat barang-barang yang dimiliki.Â
Menerapkan gaya hidup minimalis pun membuat kita berkontribusi mengurangi sampah dan emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan.Â
Jadi, sudahkah Anda menerapkan gaya hidup minimalis?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H