Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Membaca, Memahami, dan Mengamalkan Ayat-Ayat Al-Quran

6 April 2022   14:54 Diperbarui: 8 April 2022   01:24 3495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Suhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan, Taurat diturunkan pada enam Ramdhan, Injil diturunkan pada tiga belas Ramadhan dan Allah menurunkan Al-Quran pada dua puluh empat Ramadhan." (HR Ahmad)

Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah bulan Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Quran. Dalam suatu hadis bahkan dijelaskan bahwa kitab-kitab suci sebelum Al-Quran juga diturunkan pada bulan Ramadhan.

Al-Quran diturunkan dengan dua cara: (1) diturunkan secara lengkap pada malam Lailatul Qadar dari Lauh Mahfudz ke langit dunia, (2) dari langit dunia, Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara bertahap melalui perantara Malaikat Jibril.

Proses turunnya Al-Quran memakan waktu hingga 23 tahun dan terbagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekah (ayat-ayat tentang akidah dan tauhid) dan periode Madinah (ayat-ayat tentang muamalah, syariat dan hukum Islam).

Aktivitas membaca Al-Quran merupakan salah satu amalan di bulan Ramadhan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Selain karena merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu saat Ramadhan, pahala yang diperoleh dari membaca Al-Quran bukan dihitung per ayat melainkan setiap huruf, sebagaimana yang disampaikan dalam hadis berikut ini.

Dari Abdullah bin Mas'ud (radhiyallahu 'anhu), beliau menuturkan, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Quran), maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf. Namun, alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR At-Tirmidzi)

Al-Quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw yang paling agung dan akan terus terjaga kemurniannya hingga akhir zaman. Keutamaan dan keistimewaannya bagi umat Islam antara lain adalah sebagai pedoman hidup serta obat dari segala penyakit fisik dan hati.

Selain itu, Al-Quran juga merupakan sumber pengetahuan. Di dalamnya berisi ajaran-ajaran tentang hukum dan adab kepada sesama manusia maupun makhluk Allah lainnya, termasuk lingkungan atau alam.

Ada pula ayat-ayat yang berbicara tentang fenomena-fenomena alam dan sosial, seperti penciptaan manusia (Al-Mu'minun: 12-14, At-Thariq: 6-7, Al-Insan: 2 dan sebagainya), pergerakan benda-benda langit (Yasin: 40, Fathir: 41, Al-Mulk: 5 dan sebagainya), utang-piutang (Al-Baqarah: 280-283) dan sebagainya. Bahkan Al-Quran juga menyoroti masalah-masalah yang terbilang sensitif, tabu dan kontroversial, seperti tentang homoseksualitas (Al-A'raf: 80, An-Naml: 54, Al-Ankabut: 28).

Banyak ayat dalam Al-Quran yang telah terbukti kebenarannya secara ilmiah hingga menjadi inspirasi bagi para ilmuwan dalam melakukan penelitiannya.

Di Al-Quran sendiri terdapat sejumlah ayat yang memerintahkan umat manusia untuk senantiasa menggunakan akalnya dalam membaca dan memahami fenomena alam dan sosial di sekitarnya. Hal ini perlu dilakukan untuk memperkuat iman sekaligus sebagai jawaban dan solusi atas permasalahan diri maupun umat.  

Al-Quran merupakan pembeda antara yang baik dan buruk. Oleh karena itu, ia berfungsi sebagai pedoman hidup umat Islam, yang tidak hanya perlu dibaca tapi juga dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk bisa mengamalkan ayat-ayat dalam Al-Quran, kita perlu memahami ayat-ayat tersebut secara kontekstual. Apa sebab suatu ayat diturunkan, kejadian masa lalu apa yang dijelaskan dalam suatu ayat dan apa relevansinya dalam konteks kekinian.

Tanpa pemahaman secara kontekstual, penerapannya di lapangan bisa jadi bermasalah.

Yang paling sering terjadi adalah pemaknaan ayat jihad yang kemudian dijadikan legitimasi oleh beberapa kelompok Islam untuk melakukan tindak terorisme dan kekerasan terhadap umat agama lain. Padahal jihad yang paling utama dan lebih sesuai dengan konteks kekinian adalah jihad memerangi hawa nafsu.

Membaca dan memahami ayat-ayat Al-Quran sejatinya membutuhkan hati dan pikiran yang bersih. Hati dan pikiran yang dikuasai oleh ego, kesombongan dan kebencian hanya akan membuat ayat-ayat Al-Quran dipahami menurut nafsu pribadi. Kalau ini yang terjadi, penerapannya bisa melenceng dari aturan Allah dan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin (menjadi rahmat bagi semesta alam).

Referensi: 1, 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun