Sama seperti di Indonesia, mayoritas perempuan di India merasa malu jika ketahuan membeli pembalut. Itu sebabnya mereka harus membungkusnya dengan bungkusan koran atau kantong belanja berwarna gelap untuk menghindari pandangan merendahkan orang-orang. Meminta tolong laki-laki untuk membelikan pembalut pun dianggap memalukan dan terlarang.
Tabu dan stigma menstruasi juga merugikan perempuan dari segi sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Perempuan-perempuan muda di sub-Sahara, Afrika, terpaksa tidak berangkat sekolah selama mengalami menstruasi. Beberapa di antaranya bahkan sampai putus sekolah.
Tabu menstruasi rupanya tidak hanya ditemukan di negara-negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Istilah 'menstruasi' seringkali diperhalus seperti dalam sederet ekspresi bahasa Inggris berikut: auntie Flo, on the rag, girl flu, back in the saddle, jam and bread, going to Oklahoma (kenapa harus Oklahoma, bukan New York, California atau yang lain?) dan howlin' at the moon (dalam bahasa Indonesia mungkin sama dengan 'datang bulan' kali ya).

Di Indonesia, perempuan juga seringkali memperhalus istilah 'menstruasi' dengan mengatakan 'lagi M'.
Tentu saja ini bisa menimbulkan multitafsir bagi yang tidak paham. Apakah maksudnya adalah makan, minum, mager atau muntaber?
Istilah lainnya yang sering digunakan adalah 'lagi dapet'. Ini juga sama saja. Lagi dapet itu maksudnya apa? Dapet rezeki nomplok atau malah dapet musibah?
Mengapa menstruasi ditabukan, bahkan untuk menyebutnya saja sampai diperhalus dengan istilah-istilah aneh?
Pertama, menstruasi masih dianggap sebagai hal yang kotor
Perempuan yang sedang menstruasi dianggap sedang tidak bersih sehingga tidak diizinkan melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.