Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Temanmu Curhat Kalau Ia Hamil di Luar Nikah

18 Agustus 2021   15:30 Diperbarui: 18 Agustus 2021   15:36 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di usiamu yang terhitung masih di bawah umur mungkin kamu belum bisa banyak membantu karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Namun dua hal tersebut setidaknya merupakan usaha paling minimal dan sederhana yang dapat kamu lakukan. Karena remaja yang hamil di luar nikah sebenarnya lebih butuh pendampingan dan dukungan orangtuanya. Tapi tidak ada salahnya juga kalau kamu menanyakan apa yang perlu kamu lakukan untuk membantu temanmu.

Bagi para orangtua yang anak gadisnya bernasib seperti Dea, saya tahu bapak dan ibu pasti kecewa dan marah. Tapi terus-menerus menyalahkan anak juga tidak ada gunanya.

Sebaiknya bapak dan ibu menenangkan diri terlebih dulu. Introspeksi diri barangkali si anak jadi begini karena kurang pengawasan, perhatian dan bimbingan.

Saya pikir ini bisa jadi kesempatan bagi orangtua untuk belajar bagaimana menjadi orangtua yang lebih baik. Siapa tahu kan setelah kejadian ini orangtua jadi lebih aware tentang pentingnya membekali anak dengan pendidikan seks. Siapa tahu setelah ini mereka lebih peduli dengan pergaulan anak sehingga kejadian yang sama tidak terulang untuk kedua kalinya.

Remaja yang hamil di luar nikah membutuhkan dukungan psikis, emosional dan finansial dari orangtuanya. Maka dampingi si anak sampai melahirkan dan bantu merawat bayinya. Jika tidak memungkinkan, bayi itu bisa dititipkan di ke orang lain, seperti kakek nenek, paman bibi atau keluarga lain yang tidak memiliki anak, dengan catatan mereka adalah keluarga baik-baik dan dapat dipercaya.

Lalu satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah dukung anak untuk tetap berpendidikan.

Kawan saya, Dea, memang harus berhenti sekolah saat itu. Namun saya bersyukur karena orangtuanya masih mendukungnya untuk melanjutkan sekolah meskipun di tempat lain. Saya juga senang karena ia bisa bersekolah hingga lulus jenjang sarjana.

Setidaknya ia punya bekal pengetahuan yang membuatnya bisa memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang lebih layak. Karena tidak semua remaja perempuan yang hamil di luar nikah bisa mendapat kesempatan untuk menyelesaikan sekolahnya.

Padahal pendidikan adalah hak dasar bagi seluruh warga negara tanpa terkecuali. Maka tidak peduli apakah seseorang pernah hamil di luar nikah atau tidak, ia tetap berhak berpendidikan demi masa depan yang lebih baik.

Remaja yang hamil di luar nikah bisa dikatakan memiliki masa lalu yang kelam. Namun bukan berarti masa depannya juga harus sekelam masa lalunya, bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun