Ghibah itu memang membuat ketagihan. Apalagi kalau "pancingan" kita berhasil membuat orang lain antusias untuk menambah-menambahi cerita itu dengan "bumbu-bumbu".
Hal tentu berbahaya karena berpotensi menimbulkan fitnah.
Jika sampai diketahui oleh pihak yang dijadikan bahan ghibah, orang itu bisa tersinggung dan merasa dikhianati.Â
Kalau sudah begini, pertemanan bisa rusak dan berakhir dengan permusuhan.
Ghibah itu adalah ketika kita membicarakan keburukan orang lain dan orang tersebut tidak suka apabila keburukannya diketahui.
Nah, sekarang coba posisikan diri Anda sebagai orang itu.
Seandainya aib Anda yang disebarluaskan, Anda senang tidak?
Misal Anda sedang berada dalam suatu perkumpulan yang sedang ghibah, Anda bisa mengalihkan pembicaraan itu pada hal lain. Jangan jadi "minyak" apalagi "kompor" dan bersikaplah pura-pura bego atau tidak tahu.
Atau kalau memungkinkan, Anda pamit pergi saja dari situ.
Oiya, ini juga berlaku di dunia maya. Soalnya ghibah zaman kiwari nggak cuma di lapak tukang sayur doang. Di grup WhatsApp juga ada.