Penyebab infertilitas pun bisa bermacam-macam. Pada perempuan, infertilitas bisa disebabkan oleh gangguan ovulasi (termasuk keputihan), penyumbatan tuba falopi, gangguan lendir serviks, kelainan bawaan (seperti septate uterus, yaitu kondisi terbentuknya sekat dalam rongga rahim) dan sebagainya. (Selengkapnya bisa Anda baca di artikel yang dirilis di laman situs Alodokter berikut)
Sementara pada laki-laki, infertilitas bisa terjadi karena gangguan tiroid (baik hipotiroid atau hipertiroid, hiperprolaktinemia, kelainan saluran sperma, infeksi (radang testis, infeksi saluran kemih, hingga penyakit menular seksual) dan sebagainya. (Penjelasan lebih lengkapnya, silakan dibaca di sini)
Apa dampak dari infertilitas ini bagi perempuan?
Dari data di atas, diketahui bahwa persentase infertilitas di Indonesia seimbang antara laki-laki dan perempuan. Begitu pula dengan penyebab kegagalan kehamilan.
Sayangnya, stigma negatif atas keadaan ini lebih sering hanya ditimpakan pada perempuan.
Padahal yang bermasalah (pada sistem reproduksinya) bukan hanya perempuan. Sedangkan yang namanya kehamilan, pasti butuh kerja sama antara laki-laki dan perempuan.
Emangnya Anda pikir kami para perempuan ini kayak komodo gitu, yang bisa menghasilkan keturunan tanpa aktivitas seksual dengan pejantan (partenogenesis)?
Kehamilan memang terjadi di dalam tubuh perempuan karena mereka yang punya rahim. Tapi kan spermanya dari laki-laki.
Jadi, kalau masalahnya ada pada sistem reproduksi laki-laki, mau perempuan itu suburnya kayak apa, ya sama aja gagal.
Nah, stigma yang kerap dialamatkan pada perempuan itulah yang membuat perempuan menanggung beban sosial dan psikologis yang lebih berat.
Akibatnya, mereka akan menyalahkan diri sendiri (self blaming), merasa dirinya adalah perempuan gagal karena tidak dapat memberi keturunan bagi pasangan dan tidak dapat memberi cucu yang unyu-unyu bagi orangtua maupun mertua.