Dunia masih disibukkan dengan penanganan pandemi Covid-19 yang masih memakan banyak korban. Belum reda satu masalah, kini kita kembali digegerkan dengan adanya virus mutasi. Virus mutasi ini merupakan varian baru dari virus Corona (SARS-Cov-2) yang pertama kali ditemukan di Inggris.
Ilmuwan dari konsorsium genomik Inggris menamainya B.1.1.7 dan mengaitkan penemuan virus mutasi ini dengan peningkatan signifikan kasus harian Covid-19 yang terjadi di beberapa wilayah di Inggris.Â
Laporan resmi dari European Center for Disease Control & Prevention menyatakan bahwa varian baru yang juga dikenal dengan nama Variant Under Investigation (VUI 202012/1) banyak ditemukan di daerah Kent, Inggris, terutama pada kelompok usia di bawah 60 tahun. Varian baru tersebut juga banyak ditemukan di Wales yang menginfeksi kelompok usia tertentu dengan median 41 tahun (11-17 tahun).Â
Lalu, apa dan mengapa virus bermutasi?
Mutasi virus adalah perubahan struktur dan sifat genetik virus. Proses ini terjadi ketika virus sedang memperbanyak diri di dalam sel tubuh inangnya, baik manusia maupun hewan.Â
Selama berada dalam tubuh inangnya, virus akan terus berkembang biak dengan menyalurkan materi genetik ke sel sehat pada tubuh inang, berupa RNA maupun DNA. Agar dapat bertahan hidup, virus harus selalu bermutasi untuk mengelabui sistem kekebalan tubuh inangnya.Â
Virus yang telah bermutasi akan lebih sulit dikenali oleh sistem kekebalan tubuh sehingga virus lebih mudah berkembang biak.Â
Jadi, mutasi virus sebenarnya adalah suatu hal yang wajar dan bisa terjadi beberapa kali. Hal ini tidak hanya terjadi pada virus Covid-19 tetapi juga pada virus-virus lain.Â
Misalnya, pada virus flu. Seseorang yang terkena flu kemudian menularkannya ke 10 orang, maka ada kemungkinan virus tersebut telah bermutasi sebanyak 10 kali.Â