Di duniaku, matahari tak selalu hangat menyapa. Kadang aku harus bertikai dengan pagi yang tak ramah, siang yang kehilangan hasrat dan malam yang tak memberi kesempatan untuk memejamkan netraÂ
Di duniaku, angin tak selalu sepoi-sepoi. Kadang aku dihadang badai, membuatku harus menepi jika tidak ingin hilang terhisap pusaran. Tapi sesekali aku nekat menerjang, menjajal bahaya dan menguji dugaan: selamat sampai tujuan atau terombang-ambing di tengah lautan
Di duniaku, laut tak selalu biru. Kadang keruh oleh residu masa lalu, rasa sakit yang hanya ditumpuk dan kata-kata yang belum (tidak pernah) sampai di mulut. Namun ada kalanya ia begitu jernih hingga aku dapat melihat refleksi diriku sendiri. Dan aku bisa memberitahumu topeng apa yang sedang kupakai.Â
Di duniaku, tawa bisa berarti riasan untuk mempercantik luka. Sementara air mata adalah pengiring untuk tawa yang panjang.Â
Dan kau mungkin tak percaya, bahwa aku menuliskan ini sambil tertawa.
27/12/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H