"Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama"
Familiar dengan peribahasa di atas? Namun ada satu pertanyaan mengganjal di bagian "manusia mati meninggalkan nama". Apakah cukup hanya meninggalkan nama? Bagaimana Anda akan membuat orang-orang mengenal nama Anda?Â
Tulisan Sebagai Identitas Diri
Kompasiana adalah rumah besar bagi banyak penulis hebat. Kompasiana juga menyediakan banyak kategori tulisan yang dapat dipilih sesuai selera penulisnya. Ada Kompasianer yang lebih suka menulis artikel-artikel fiksi, humaniora, ekonomi, politik dan sebagainya. Ada yang cenderung fokus menulis pada satu bidang saja, tapi ada juga penulis multikategori dan multigenre.Â
Dari sini kita bisa menebak bidang apa saja yang sekiranya menjadi minat dan spesialisasi si penulis. Kita pun juga bisa menebak apa yang kira-kira menjadi concern mereka.Â
Melalui tulisan, kita juga dapat mengetahui latar belakang penulis yang bersangkutan, seperti usia, pekerjaan, agama/kepercayaan bahkan sosial-budaya. Seorang penulis yang kerap menulis tentang permasalahan-permasalahan yang dekat dengan anak muda, kemungkinan besar penulisnya adalah generasi milenial. Walaupun bisa saja hal tersebut ditulis oleh penulis generasi yang lebih tua. Namun jika ditulis oleh sesama milenial , tentu rasanya akan lebih dekat dan mewakili suara dari generasi itu sendiri.Â
Ada lagi misalnya seorang penulis yang memiliki pengetahuan dan wawasan mendalam tentang seluk-beluk dunia pendidikan. Kemungkinan besar penulis ini adalah orang yang bekerja di dunia pendidikan. Mungkin ia seorang pendidik, konsultan pendidikan atau malah pembuat kebijakan pendidikan.Â
Seseorang yang tidak bekerja pada bidang ini, bisa saja menulis hal-hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Namun, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki akan berbeda dengan mereka yang terlibat atau mengalami langsung dalam kesehariannya.Â
Secara sederhananya, menulis tentang hal-hal yang dekat atau relatable dengan diri atau kehidupan kita cenderung lebih mudah dilakukan. Perspektif yang dihadirkan pun bisa berbeda antara yang hanya sebagai 'orang luar' dengan orang yang mengalaminya langsung.Â
Membangun Peradaban Lewat Tulisan